“Pertanyaanmu lancang. Tapi tak apa. Aku melihat di masa depan akan ada satu dari kalian yang berkhianat. Dia Serafim yang kuat nan tangguh. Dia punya otak besar yang luar biasa cerdas. Kuciptakan para manusia bernama pria ini untuk mengganti ketangguhannya”, cerita Tuhan.
“Bolehkah saya tahu siapa yang kau maksud?”
“Nanti kau akan tahu sendiri.”
Lalu Tuhan menggulung cetak biru dari pria yang sudah ia buat. Dibukalah gulungan yang lain. Di situ tertulis “Perempuan”. Tulisan “perempuan” ini terukir dengan indah menjadi wakil dari sebuah keelokan.
Serafim pun terkesima. Dilihatnya dengan kagum karya Tuhan yang ini.
“Perempuan?” tanya Serafim
“Tepat. Dialah ciptaanku yang sesungguhnya. Aku menggoreskannya dengan air dari hatiku yang sudah aku ceritakan tadi. Dia adalah respresentasi dari harapanku tentang dunia yang sesungguhnya”
“Maaf Tuan. Bisakah anda bercerita lebih lanjut?”
“Tentu saja”, kata Tuhan.
“Dialah terang dunia yang sesungguhnya. Dia halus hatinya. Dia dewasa dengan pandangan hidupnya. Ketika kau melihat pintu besar itu kau akan melihat pria dengan pedang sedangkan perempuan dengan nyala lilin yang menerangkan.”
Serafim menyimak baik segala ucapan Tuhan.