Dari peristiwa ini, yang bisa diambil pelajaran adalah bukan fakta bahwa manajer si A menyebarkan informasi hanya untuk menyebarkan informasi. Niat manajer tersebut adalah untuk menarik simpati dari teman-teman A agar mampu memberikan dukungan dan semangat kepada A. Inilah yang disebut dengan menggosip yang positif.
Bayangkan saja jika si manajer tersebut menyebarkan informasi pribadi A untuk menjelek-jelekkan A. Bukannya mengatakan bahwa "A sedang punya masalah keluarga dan kita semua harus membantunya," ia malah mengatakan "A sedang ada masalah keluarga. Gimana sih itu orang? Mengurus rumah saja enggak bisa, apalagi urusan kantor?"
Dari dua skenario menggosip di atas, keduanya punya tujuan yang jelas berbeda.Â
Yang pertama adalah untuk menarik simpati sekitar untuk bisa sama-sama membantu A menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, terlepas dari masalah apapun yang menimpanya. Menurut Liz dan Rico, aktivitas menggosip seperti ini bisa disebut sebagai sympathizing.
Sementara itu, yang kedua adalah untuk menebar kebisingan yang tidak perlu kepada orang-orang yang belum tau. Aktivitas menggosip yang satu ini disebut sebagai trafficking.
Terlihat jelas bahwa dari satu masalah pribadi, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pembeda utama dari kedua kemungkinan tersebut adalah intensi si penggosip, atau dalam hal ini si manajer A. Jika dari awal memang intensi manajer A adalah untuk "menjatuhkan, menjelek-jelekkan, atau merusak reputasi A di kantor," maka itu sudah tidak benar.Â
Tapi ternyata intensinya adalah untuk "membuat lebih banyak orang mengerti tentang kondisinya, yang mempengaruhi kinerjanya di kantor, sehingga ia harus menyadarkan banyak orang untuk membantunya bersama-sama." Maka, aktivitas menggosip di sini justru dianjurkan.
Selepas Jam Makan Siang: Pesan Reflektif bagi Para Penggosip
Jadi, saya lempar pertanyaan ke Anda sekarang: Pernahkah Anda menggosip di kantor? Ah, sudah mengaku saja lah. Saya juga sering, kok. Hehehe.
Tulisan ini adalah pengingat halus bagi diri saya sendiri untuk sama-sama membantu menjaga kesehatan lingkungan kantor. Sebuah budaya di kantor yang terbentuk berdasarkan keinginan kuat untuk malas memilah informasi dan kepada siapa saja akan bertukar informasi, tentu akan jadi sebuah nilai yang mengakar dan sulit dicabut lagi.
Memang menyenangkan untuk merasa lebih tau dibandingkan dengan orang lain. Namun tidak lagi jadi menyenangkan kalau informasi yang diketahui mengandung pesan buruk bagi orang lain.