Anda lalu berpikir: "Aduh, karyawan itu saya bukan ya?" atau memiliki firasat tidak enak dalam hati bahwa kandungan gosip itu berdampak pada keberadaan Anda di kantor.
Orang-orang seperti inilah yang sering disebut chicken little. Mereka sangat sensitif terhadap isu-isu terbaru di kantor, dari yang berskala besar hingga mikro. Entah itu kabar terkait kantor akan bangkrut sampai foto Mas Bos sedang berlibur dengan seorang perempuan rahasia di Instagramnya.Â
Mereka tidak hanya mempermasalahkan hal-hal yang belum tentu benar atau tidak terlalu penting, tetapi juga menanamkan rasa penasaran ke pendengarnya dan membuat mereka berpikir: "Aduh ini bener gak sih?"
Lalu, pertanyaannya: Apakah para chicken little ini adalah jenis-jenis orang yang harus dihindari di kantor?
Tunggu dulu. Masih mengutip dari sumber yang sama, berita-berita yang keluar dari mulut para chicken little terkadang bisa menjadi sebuah "indikator dari sesuatu yang sifatnya memang benar." Dan rasanya aman untuk mengatakan, lanjutnya, bahwa gosip dari seorang chicken little membuat sekitarnya menjadi sadar atau perhatian akan satu hal.
Dua Intensi Penggosip: Sebar Kebisingan atau Simpati
Dalam salah satu episode podcast Safe for Work yang dibawakan oleh Liz Dolan dan Rico Gagliano, topik "menggosip" ternyata punya sisi lain yang menarik untuk dibahas.
Menurutnya, menggosip di kantor justru bisa menjadi alat untuk memperkuat hubungan antarkaryawan. Ini bisa terjadi jika gosip atau cerita yang disebarkan bisa mengundang simpati pendengarnya terhadap seseorang atau sesuatu. Mari kita masuk ke contoh nyatanya.
Misalnya, di sebuah perasaan ada seorang karyawan bernama A. Seminggu terakhir, ia tampak kurang bersemangat dalam bekerja. Tidak tahu sebabnya apa, karyawan lain pun menggosipkan bahwa A terlalu sering pulang malam dan mabuk-mabukan, misalnya.Â
Di tengah huru-hara itu, manajer si A akhirnya mendatangi A dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata, manajernya mendapati bahwa A sedang mengalami masalah di rumah, sehingga performanya di kantor menurun.Â
Si manajer pun bertanya pada A apakah boleh menyebarkan informasi tersebut kepada teman-teman di kantor. Katanya, tujuannya adalah agar sekitarnya lebih sadar dengan keadaan A, sehingga mereka bisa melakukan sesuatu untuk mengubah performa kerja A di kantor. Lalu, A pun menyetujuinya.
Tak lama setelah itu, si manajernya menyebarkan informasi tersebut. Akibatnya, teman-temannya pun saling memberikan semangat pada A setiap kali mereka melihat A kurang bersemangat.