Mohon tunggu...
Himawan Pradipta
Himawan Pradipta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Copywriter

Teknisi bahasa di perusahaan konsultasi teknologi di Jakarta Barat. Suka membaca, nonton film, dan berenang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ternyata, Menggosip di Kantor Itu Perlu! Asalkan...

15 Januari 2020   11:32 Diperbarui: 16 Januari 2020   05:46 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua intensi dalam menggosip yang perlu dipahami, trafficking dan sympathisizing. (Sumber: Arisa Chattasa dari Unsplash)

Jam makan siang di kantor sudah tiba. Hampir sebagian pegawai turun ke pantry untuk menikmati nasi kotak yang tersedia. Sebagian lainnya memilih duduk di meja masing-masing, fokus melanjutkan kerja atau menghibur diri sendiri dengan streaming video lucu.

Bagi mereka yang gemar menggosip, satu jam ini adalah waktu emas. Ibarat padi, ini saatnya panen besar. Tak sadar, si penggosip sudah akan duduk di samping temannya, membawa laptop-nya, dan pura-pura bekerja. Waktu menggosip dimulai!

Eh, sebentar. Emang menggosip itu apa sih? Bukan, bukan gitu pertanyannya. Emang menggosip itu ngebahas apa ya sampai bisa dibilang gosip? Apakah kalau saya bercerita tentang kelakuan lucu keponakan saya ke teman itu bisa disebut gosip? Kalau ngomongin politik Indonesia, itu gosip? Jadi apa sebenarnya? *ngegas*

Saya gak akan bahas secara mendalam definisi gosip itu apa. Semuanya sudah disebutkan di artikel ini. Bahkan Pak Yupiter Gulo sudah menjelaskan secara detil tentang tipe-tipe karyawan "beracun" di kantor. Yang membuat saya pada akhirnya tertarik menyentuh topik ini adalah karena ternyata menggosip di kantor itu bisa juga baik.

Kok bisa?

Chicken Little: Diam-Diam Menyimpan Sejuta Rahasia

Sebelum lanjut, saya mau bahas beberapa istilah sebentar. Kalo yang namanya gosip, berarti ada si penggosip dan pendengarnya, ya? Dan bisa dibilang si penggosip ini punya informasi yang tidak diketahui oleh si pendengar.

Begitu pun sebaliknya. Semakin si pendengarnya tidak tau dan terlanjur menanggapi satu gosip, semakin semangat dan gatal bibir si penggosip untuk menceritakan gosip selanjutnya.

Tidak hanya itu, semakin banyak informasi yang diberikan oleh si penggosip, semakin merasa kuat dan percaya diri lah dia. Di titik inilah, ia mendapatkan kepercayaan dari pendengar, dan ia jadi lebih mampu meyakinkan pendengarnya bahwa apapun yang keluar dari mulutnya pastilah benar.

Anda sekarang mungkin bertanya-tanya: Jadi, maksudnya, omongan si penggosip ini (tentang apapun) ada benarnya? Ya, bisa jadi.

Seperti kawanan ayam di kandang, chicken little tak akan berhenti bicara kalau teman-temannya belum tau semua. (Sumber: Arisa Chattasa dari Unsplash)
Seperti kawanan ayam di kandang, chicken little tak akan berhenti bicara kalau teman-temannya belum tau semua. (Sumber: Arisa Chattasa dari Unsplash)

Pernahkah Anda sendiri mencuri dengar atau mendengar langsung dari teman Anda tentang keadaan kantor terkini (yang memprihatinkan)? Entah itu performa tim penjualan yang buruk, transaksi menurun, sampai akhirnya ada beberapa karyawan yang harus dipecat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun