Mohon tunggu...
Himawan Pradipta
Himawan Pradipta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Copywriter

Teknisi bahasa di perusahaan konsultasi teknologi di Jakarta Barat. Suka membaca, nonton film, dan berenang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ternyata, Menggosip di Kantor Itu Perlu! Asalkan...

15 Januari 2020   11:32 Diperbarui: 16 Januari 2020   05:46 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperti kawanan ayam di kandang, chicken little tak akan berhenti bicara kalau teman-temannya belum tau semua. (Sumber: Arisa Chattasa dari Unsplash)

Dari peristiwa ini, yang bisa diambil pelajaran adalah bukan fakta bahwa manajer si A menyebarkan informasi hanya untuk menyebarkan informasi. Niat manajer tersebut adalah untuk menarik simpati dari teman-teman A agar mampu memberikan dukungan dan semangat kepada A. Inilah yang disebut dengan menggosip yang positif.

Bayangkan saja jika si manajer tersebut menyebarkan informasi pribadi A untuk menjelek-jelekkan A. Bukannya mengatakan bahwa "A sedang punya masalah keluarga dan kita semua harus membantunya," ia malah mengatakan "A sedang ada masalah keluarga. Gimana sih itu orang? Mengurus rumah saja enggak bisa, apalagi urusan kantor?"

Dari dua skenario menggosip di atas, keduanya punya tujuan yang jelas berbeda. 

Yang pertama adalah untuk menarik simpati sekitar untuk bisa sama-sama membantu A menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, terlepas dari masalah apapun yang menimpanya. Menurut Liz dan Rico, aktivitas menggosip seperti ini bisa disebut sebagai sympathizing.

Sementara itu, yang kedua adalah untuk menebar kebisingan yang tidak perlu kepada orang-orang yang belum tau. Aktivitas menggosip yang satu ini disebut sebagai trafficking.

Terlihat jelas bahwa dari satu masalah pribadi, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pembeda utama dari kedua kemungkinan tersebut adalah intensi si penggosip, atau dalam hal ini si manajer A. Jika dari awal memang intensi manajer A adalah untuk "menjatuhkan, menjelek-jelekkan, atau merusak reputasi A di kantor," maka itu sudah tidak benar. 

Tapi ternyata intensinya adalah untuk "membuat lebih banyak orang mengerti tentang kondisinya, yang mempengaruhi kinerjanya di kantor, sehingga ia harus menyadarkan banyak orang untuk membantunya bersama-sama." Maka, aktivitas menggosip di sini justru dianjurkan.

Selepas Jam Makan Siang: Pesan Reflektif bagi Para Penggosip

Jadi, saya lempar pertanyaan ke Anda sekarang: Pernahkah Anda menggosip di kantor? Ah, sudah mengaku saja lah. Saya juga sering, kok. Hehehe.

Tulisan ini adalah pengingat halus bagi diri saya sendiri untuk sama-sama membantu menjaga kesehatan lingkungan kantor. Sebuah budaya di kantor yang terbentuk berdasarkan keinginan kuat untuk malas memilah informasi dan kepada siapa saja akan bertukar informasi, tentu akan jadi sebuah nilai yang mengakar dan sulit dicabut lagi.

Memang menyenangkan untuk merasa lebih tau dibandingkan dengan orang lain. Namun tidak lagi jadi menyenangkan kalau informasi yang diketahui mengandung pesan buruk bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun