Â
      Pada bagian sebelumya kita sudah melihat pujian Serafim yang berseru "kudus, kudus, kudus" berarti esensi Allah yang sangat kudus. Karena bagitu kudusnya Allah mempunyai dampak besar baik di bait Allah, maupun dalam diri Yesaya sendiri.
Â
      2. 2. 1. Alas ambang pintu bergoyang
Â
      Pada bagian ini penulis membahas dampak seruan/puji-pujian para Serafim ialah bergoyangnya alas ambang pintu. Menarik untuk kita perhatikan mengapa pintu bergoyang?. Gray menyatakan bahwa Serafim adalah penjaga pintu Bait Allah, seketika Serafim berseru seluruh bait Allah bergoyang.[14] Seruan Serafim ini juga membuat seluruh bait Allah itu penuh dengan asap. Mengapa hal itu terjadi? pada  poin sebelumnya dijelaskan bahwa sosok Serafim mengeluarkan api. Sehingga wajar dipenuhi jika bait Allah dipenuhi dengan asap. Namun ada pandangan yang mengatakan, bahwa Allah tidak bisa dilihat begitu jelas. Sehingga bait itu dipenuhi dengan asap. Ketika peristiwa ini begitu berdampak dengan bait Allah, lalu apa dampak bagi Yesaya ketika dia sedang di dalam bait itu?
Â
2. 2. 2. Respon Nabi Yesaya
Â
        Pada bagian kita membahas dampak selanjutnya dari seruan-seruan Serafim itu. Sebelumnya kita sudah membahas dampaknya di bait Allah. lalu bagaimana dengan Yesaya sendiri?  Seperti,  ketika berkaca di tempat yang gelap kemungkinan kotoran-kotoran yang ada di wajah  tidak akan nampak. Sebaliknya,ketika berkaca di tempat yang terang seluruh kotoran yang ada di wajah akan begitu nampak. Begitulah dirasakan oleh nabi Yesaya ketika melihat terang itu yaitu Allah yang Kudus. Yesaya  menyadari kenajisan diri dan bangsanya. Meskipun pujian adalah perintah pada hari itu, Yesaya tidak memenuhi syarat untuk memuji raja. Bibirnya (alat pujian) adalah "najis" karena dia terkontaminasi oleh bangsanya  yang berdosa yang telah menolak  " Yang Kudus dari Israel"  dan firman-Nya (lihat Yes 1:2; 5:24). Disisi lain, Yesaya melihat para malaikat memuji Tuhan dengan bibir yang murni "akan tetapi" dia tidak memuji Allah sehingga dia berkata "aku tidak bisa memuji-Nya seperti itu, sebab aku seorang yang najis bibir"  mungkin itu yang dia rasakan. Dia mengakui keberdosaan, meminta ampun kepada Tuhan.
Â