Mohon tunggu...
Ryanda Adiguna
Ryanda Adiguna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pernah jadi: - Paskibraka. - Pertukaran Pemuda. - Duta Wisata. - Penerima Beasiswa. - Pengajar Muda. "Menulislah, agar orang di masa yang akan datang tahu kalau kau pernah hidup di masa lalu"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tan Sri Puteh Ramlee, Seniman Hebat Keturunan Indonesia yang Pernah Dilupakan Malaysia

7 September 2011   05:49 Diperbarui: 28 Maret 2018   12:29 33862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Gambar hasil pencarian Google

Karya seni adalah satu daripada kerjaan Tuhan. Oleh karena itu buatlah sungguh-sungguh dengan penuh kejujuran,- P. Ramlee-.

- - - - - - - - 

Nama lengkapnya Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh. Lebih dikenal dengan nama panggung Puteh Ramle, kemudian disingkat menjadi P. Ramlee. Lahir di Pulau Pinang, 22 Maret 1929. 

Ayahnya adalah pelaut yang berasal dari Aceh dan ibunya kelahiran Butterworth Malaysia. Beliau adalah aktor, komedian, penyanyi, seniman, sutradara (mari kita panggil beliau dengan sebutan entertainer serba bisa).

Jika ada yang lahir dan besar pada kurun waktu 1950an-1970an, rasa-rasanya tak ada yang tak kenal P.Ramlee. Menyutradarai 35 film,34 di antaranya sekaligus menjadi pemain. Total ia bermain di 66 film, juga menciptakan dan menyanyikan lebih dari 360 lagu yang banyak dipakai untuk soundtrack film-film tersebut. 

Film karyanya telah mendapatkan lebih dari 30 perhargaan. Sedangkan total dari penjualan film dan lagu tsb telah menghasilkan lebih dari 1 miliar dolar (1 dolar pada saat itu mungkin di kisaran Rp 100 - Rp 1000). Jika dibayangkan dengan bintang Indonesia hari ini, mungkin beliau adalah gabungan antara sutradara pembuat film laris, Riri Riza (Laskar Pelangi), Hanung Bramantyo (Ayat-Ayat Cinta) dengan penyanyi dan pembuat soundtrack film, Melly Goeslow. 

kemampuan aktingnya seperti aktor terbaik Indonesia hari ini (Deddy Mizwar, Rano Karno, Vino G. Bastian, Tora Sudiro,dll). Dan semua kemampuan itu digabungkan dalam diri satu orang. 

Bahkan beliau dijulukiCharlie Chaplin-nya Asia, bintang Hollywood di era film hitam putih. Diberi gelar Bintang Kebesaran Darjah Panglima Setia Mahkota oleh Yang Dipertuan Agung Malaysia pada tahun 1990. Sehingga di awal nama beliau ditambahkan gelar Tan Sri.

Kemudian rumah tinggal beliau dijadikan museum dan namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan di pusat Kota Kuala Lumpur. Tetapi siapa sangka pada penghujung hidupnya, beliau dihancurkan dan mendapat penolakan besar-besaran, filmya dibuat tidak laku, hingga jatuh miskin dan meninggal karena serangan jantung tanggal 29 Mei 1973 di usia 44 tahun.

- - - - - - - - 

Beberapa hari yang lalu sebelum tulisan ini dibuat, tanpa sengaja saya berselancar di dunia maya dan menemukan beberapa artikel tentang Malaysia dan hari kemerdekaan Malaysia yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Kemudian website yang saya buka berpindah menuju youtube.com dan menonton salah satu film berbahasa melayu hitam putih yang berjudul Pendekar Bujang Lapok karya P. Ramlee. 

Film ini cukup familiar bagi saya karena dulu pernah menonton film ini. Perkenalan saya dengan film P. Ramlee terjadi pada awal tahun 2001 ketika saya pergi melancong ke Malaysia. Mungkin lebih tepatnya berkunjung, ke rumah salah satu kakak mama saya yang telah menjadi warga negara Malaysia. 

Pada saat itu, sedang berada di rumah mak tuo saya dan menonton salah satu TV lokal Malaysia yang menayangkan film bujang lapok. Saya meyakini bahwa film yang saya tonton di youtube beberapa hari yang lalu adalah film yang sama persis dengan film yang saya tonton pada tahun 2001 itu. Salah satu dialog yang saya ingat adalah jampi yang dibacakan para bujang lapok itu. "Hei mambang tanah, mambang air, mambang api, mambang angin... berdampinglah denganku wahai si mambang".

Saya ingat kata "mambang" karena wakil gubernur di provinsi ku juga bernama Mambang Mit. Jampi si Mambang.  

Film itu adalah gabungan film komedi dan film musikal. Pernah saya membaca tentang susahnya membuat film musikal dan juga film komedi, karena mengharuskan pemerannya bisa berakting, bernyanyi, dan melawak. 

Pemerannya harus memiliki kemampuan akting dan benyanyi yang sama baiknya. Setelah selesai menonton, saya menyimpulkan bahwa "otak" dari kualitas film tersebut adalah P. Ramlee.

- - - - - - - - 

Di hari yang sama setelah saya menonton youtube, saya menonton salah satu saluran di TV berlangganan di rumah saya, History Channel. Saluran ini menayangkan sejarah dari sesuatu atau seseorang, dan pada hari itu adalah sejarah hidup P. Ramlee yang ditayangkan. 

Diceritakan dengan sangat baik, mulai dari awal kelahiran beliau di Penang, perkenalan dengan musik ketika masuk latihan militer dan berlatih musik dengan tentara Jepang ketika dipaksa berlatih dengan tentara Jepang pada perang dunia 2 (1941-1945). Setelah berakhirnya perang dunia 2 dan kekalahan Jepang, P. Ramlee kembali ke Penang. 

Saat di Penang, ia bertemu dengan salah satu sutradara film dari Shaw Studio Singapura. Kemudian si sutradara mengundang P. Ramlee dan temannya untuk audisi di Shaw Studio Singapura sebagai musisi di studio itu. 

Si sutradara juga memberikan 2 tiket kereta api ke Singapura. Sehingga perjalanan itulah yang menjadi awal mula karir P.Ramlee memasuki industri film, melalui Shaw Studio di Singapura. 

Pada pagi itu tanggal 8 Agustus 1948, bertepatan dengan idul fitri, berangkatlah ia beserta temannya. Mereka merayakan hari raya idul fitri di dalam kereta api. P Ramlee dan sahabatnya Sukardi, pergi dari Penang ke Singapura menggunakan kereta api yang tiketnya diberikan sutradara tadi. 

Tempat yang dituju adalah Shaw Studio di Jalan Ampas, Singapura. Mereka gagal setelah ikut tes dan membuat teman P.Ramlee pulang ke Penang, sedangkan P.Ramlee tetap di Singapura. P.Ramlee tetap di studio dan melakukan apapun pekerjaan karena kecintaannya terhadap seni. 

Mulai dari pembantu perlengkapan syuting, bagian lampu, penyanyi latar, hingga diberi kepercayaan bermain di film pertamanya berjudul Chinta tahun 1948. Film itu menjadi titik awal dimulainya karir cemerlang P. Ramlee di industri showbiz. 

Setelah itu ia bermain di beberapa judul film hingga dipercaya menjadi sutradara. Beberapa film terkenal dan pernah saya tonton adalah Pendekar Bujang Lapok, Seniman Bujang Lapok, Ali Baba Bujang Lapok, Nujum Pak Belalang, dan Madu Tiga. Semuanya adalah film laris pada masanya dan masih banyak film lain yang semuanya masih hitam putih. 

Saya terfikir, film hitam putih saja dapat dibuat dengan sangat baik dan kualitas jalan cerita yang baik pula. Bagaimana jika P. Ramlee hidup pada masa sekarang dengan teknologi kamera dan pengambilan gambar yang sudah maju? Mungkin akan menghasilkan film yang lebih baik.

Setiap bertambah film yang dibintanginya, maka semakin bertambah popularitas dan kebintangannya. Tetapi popularitas ini juga menjadi titik awal kejatuhan P. Ramlee. Pada saat itu, ia membuat film berjudul Panca Delima tahun 1957, adalah satu-satunya film yang disutradarai tapi tak dibintangi oleh P.Ramlee. Jalan ceritanya dibuat oleh salah satu anggota keluarga Shaw, pemiliki Shaw Studio.

Pada saat penayangan film, maka semua sutradara di bawah shaw studio ikut menonton film yang jalan ceritanya dibuat oleh sang induk semang tsb. Di pertengahan film, Run Run Shaw si induk semang tiba-tiba teriak menyuruh menghentikan film, menghidupkan lampu dan berdiri. 

Ia memaki para sutradara yang hadir tsb dengan kata-kata lebih kurang spt ini, "Sutradara macam apa kalian ini, satu anak muda bisa buat film yang bagus seperti ini, tapi kalian sutradara berpengalaman tak bisa bikin film seperti yang dia buat ini". 

Makian dari Run Run Shaw meninggalkan kebencian para sutradara senior tersebut terhadap P.Ramlee yang mulai saat itu digelari anak emas sang induk semang. Setelah tahun itu, bermunculan film-film baru yang semuanya menjadi film laris dan mendatangkan banyak uang, diiringi dengan penghargaan internasional. 

Pada masa-masa itu menjadi masa jaya P.Ramlee, tapi di lain sisi para wartawan dipengaruhi oleh para sutradara dari Shaw Studio untuk memboikot pemberitaan terhadap P.Ramlee. Walaupun diboikot, saat itu P.Ramlee semakin menjadi anak emas hingga Run Run Shaw berkata kepada studio manager,"what he wants, give it to him".

Tapi keistimewaan ini tak diberikan kepada sutradara lain. Maka semakin bertambahlah kebencian orang kepadanya. Hinaan dan cercaan dari wartawan tak menghalangi P.Ramlee untuk terus berkarya hingga lahirlah  film komedi pertamanya dengan judul "Bujang Lapok" yang sukses besar hingga memiliki trilogi. 

Kemudian semakin bertambah lagu ciptaannya untuk soundtrack film yang juga disutradarai dan dibintanginya. Bahkan pada Festival Film Asia ke 10 tahun 1963 di Tokyo, panitia mencipatakan 1 penghargaan khusus untuk P. Ramlee lewat film Ibu Mertuaku, Most Versatile Talent atau Pemeran Serba

Bisa karena aktingnya bermain saxophone dalam film Ibu Mertuaku dan banyak orang percaya bahwa ia bisa memainkan itu. Penghargaan ini membuat reputasi P. Ramlee sebagai pembuat film handal di Shaw Studio tidak tertandingi. 

Tahun 1965 P.Ramlee memiliki obsesi untuk membuat film berwarna pertamanya. Setelah menyelesaikan film terakhirnya untuk Shaw Studio, tahun 1965 ia kembali ke Malaysia karena mendapatkan tawaran dari Merdeka Film Studio. Ditambah lagi kondisi wartawan yang selalu memojokkan dia. 

Tawaran saat itu sangat menggiurkan, P.Ramlee diiming-imingi membuat film berwarna pertamanya dan diberikan apapun yang ia mau. Setelah pindah ke MFS, ia membuat 18 film, tapi tak satupun yang berwarna dan tak satupun yang menjadi box office seperti film-filmnya terdahulu saat bersama Shaw Studio.

Dikarenakan alat-alat syuting yang ada di Merdeka Film tidak selengkap saat di Shaw Studio. Juga kru yang bekerja kurang berpengalaman. Kemudian karena persaingan pasar pada era 1960an. Masuknya pengaruh film Holywood, India, China, dan film-film Indonesia. Mulai populernya band seperti The Bee Gees, The Rolling Stones, The Beatles lewat lagu-lagu berirama pop, rock, blues, dan reggae. 

Semuanya semakin menenggelamkan lagu dan film melayu karya P.Ramlee. Ditambah lagi peran media yang menjelekkannya sejak ia keluar dari Shaw Studio. Bahkan saat di Malaysia yang kampung halamnnya, media tetap memojokkan dan ingin menjatuhkan P.Ramlee.

Ia bercerita kepada temannya, Dato' Ahmad Nawab. Ia sedih ketika ia balik ke negaranya, orang tak menghargai dia. Apa salah dan dosa dia. Penolakan terhadap karir akting, bernyanyi, dan sutradaraan-nya, maka lengkaplah penghinaan terhadap P.Ramlee yang pernah menjadi bintang besar. 

Tahun 1972-1973 merupakan masa suram bagi hidup P.Ramlee. Tanpa ada tawaran untuk bermain film, bernyanyi, sutradara, maka saat itu ia jatuh miskin. Hingga ia harus bernyanyi pada pesta pernikahan untuk mencari uang bahkan membuka tempat permainan mahjong. 

Dalam satu kunjungan Aziz Sattar rekan lamanya salah satu pemain di film Bujang Lapok, ke rumahnya di Kuala Lumpur. Aziz mendapati P.Ramlee sedang makan nasi dengan telor sebagai lauknya. 

Akhirnya ia meninggal pada 29 Mei 1973 di usia 44 tahun. Usia yang belum terlalu tua dan sebenarnya masih bisa berkarya jika mendapat dukungan. Tapi saat itu tak ada satupun yang peduli, bahkan pemerintah Malaysia sekalipun. 

- - - - - - - - 

Kakak ipar P.Ramlee, Mariani Ismail menyebutkan, "kalau dulu ia dapat gelar Tan Sri waktu masih hidup, saya bangga. Tapi ia dapat gelar itu setelah meninggal, saya tak rasa apa-apa, hanya rasa sedih.

Sesudah ia pergi, baru diagung-agungkan orang. Masa dia hidup, tak ada orang peduli." 

Mustafa AR, wartawan Malaysia yang juga dekat dengan P.Ramlee."Ini adalah kebiasaan manusia. Ketika seseorang masih hidup, ia tidak dipedulikan orang. Tetapi ketika ia telah meninggal, barulah orang sadar jika beliau telah menghasilkan sesuatu yang baik dan tak bisa dilupakan begitu saja, bahkan bisa diingat terus sepanjang sejarah." 

Sehingga gelar Tan Sri yang beliau dapat setelah meninggal, dianggap terlambat. Walau bagaimanapun, beliau adalah bintang besar yang saya yakin film dan karyanya masih akan terus dikenang dan didengar orang hingga bertahun-tahun yang akan datang. Rasanya kita boleh sepakat jika beliau tidak tergantikan. Seperti salah satu judul lagu yang dibuatnya, "dimanakan kucari ganti" orang seperti Tan Sri Puteh Ramlee.

 

Film Dokumenter dari History TV.

Untuk lebih lengkapnya film dokumenter tentang P.Ramlee dapat ditonton di sini. Mari lupakan kisah sedih di ujung hidup beliau. Jika ingin melihat film-filmnya dapat dilihat di link ini. 1. Pendekar Bujang Lapok 2. Seniman Bujang Lapok 3. Ali Baba Bujang Lapok 4. Madu Tiga 5. Nujum Pak Belalang 6. Dan lain-lain nya banyak di unggah di youtube.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun