Mohon tunggu...
Radhiyah Radhiyah
Radhiyah Radhiyah Mohon Tunggu... Guru - Guru

guru yang senantiasa belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Islamisasi Ilmu, Ilmuisasi Islam dan Integrasi Ilmu

8 Desember 2022   10:02 Diperbarui: 9 Desember 2022   08:36 3198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sementara Albert Einsten mengatakan hubungan antara ilmu dan agama adalah suatu kesatuan yang saling membutuhkan, ilmuan yahudi tersebut berkata;"science without religion is blind and religion without science is lame", yang bermakna bahwa "ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh".[6] Para ilmuan modern maupun cendikiawan muslim memandang hubungan Agama dan ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan yang memberi manfaat yang luar biasa dalam kehidupan. Mereka memandang agama sebagai inti kehidupan sementara ilmu pengetahuan adalah alat untuk mempelajari lebih dalam Agama dan mengamalkan pokok pokok ajarannya. Seperti halnya Alqur'an yang merupakan paradigm dalam memperoleh ilmu pengetahuan dari teks wahyu (kalam Alqur'an) kearah konteks kehidupan nyata manusia.  

Sekitar abad ke 13 sampai ke 19 Peradaban Umat Islam yang dikenal dengan Golden Age (jaman Keemasan) mengalami kemunduruan, Ilmuan Barat mengambil kesempatan memanfaatkan pengembangan ilmu pengetahuan yang telah terlebih dahulu dipelahari dari ilmuan muslim sehingga mencapai jaman renaissane. Sains atau Ilmu pengetahuan umum sangat berkembang pada saaat itu dibandingkan dengan ilmu pengetahuan Islam. Sehingga dalam kemunduran peradaban Islam muncullah dikatomi ilmu pengetahuan hingga kearah sekulerisme ilmu pengetahuan. 

Tokoh sekulerisme ilmu pengetahuan tidak hanya terjadi pada agama Islam, Galileo (1564-1633M) pernah dihukum mati karena dianggap menentang pihak gereja setelah mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pandangan Gereja. Galileo menguatkan pendapat Copernicus, ia berpendapat bahwa matahari merupakan central jagat raya dengan mempertimbangkan hasil observasi dan data empiris yang diperoleh. Teori tersebut dikenal dengan Heliosentris. sementara pihak gereja meyakininya sesuai Bibel bahwa bumi sebagai pusat jagat raya atau disebut Geosentrisme. Dengan adanya kedua pandangan tersebut, makan muncullah dokrin sekulerisme yang anti pada dokrin agama. Hal ini membuat kepercaaayn terhadap gereja menurun.

Terdapat 3 paradigma sekulerisme ilmu pengetahuan oleh para ilmuan modern saat itu antara lain; sekulerisasi secara ontologis, methodelogis dan aksiologis. Pandangan Sekularisasi ilmu pengetahuan secara ontologis ini berusaha meninggalkan segala yang bersifat religius dan mistis, karena dianggap tidak relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Pemikiran tentang Alam dipisahkan dari sesuatu yang bersifat ruh dan spirit dan didesakralisasi (mereka berfikir bahwa di alam ini tidak ada yang sakral).  Kedua, Sekularisasi ilmu pengetahuan dari segi epistimologi. Ilmuan menggunakan epistemologi rasionalisme dan empirisme, yang menyatakan bahwa rasio adalah alat pengetahuan yang obyektif karena dapat melihat realitas dengan konstan dan epistemologi empirisme memandang bahwa sumber pengetahuan yang absah adalah empiris (pengalaman). Yang terakhir adalah Sekularisasi ilmu pengetahuan pada aspek aksiologi yang memandang ilmu pengetahuan bebas dari pengaruh agama, pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh adanya tindakan gereja yang membatasi potensi manusia.[7]

Sedangkan dalam pandangan Islam, alam semesta sebagai obyek ilmu pengetahuan, proses pencarian ilmu tidak bagaimana menggunakan akal atau rasio maupun empiris namun juga melibatkan hati (kalbu) sebagai pandangan intuisi kebatinan yang suci. Rasio dan empiris akan menjelaskan fakta yang terjadi dan hati akan memaknai fakta sehingga dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai makna-makna atau nilai. Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surah fusshilat ayat ke 11 

Artinya; 

"Dia kemudian menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap. Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Tunduklah kepada-Ku dengan patuh atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami tunduk dengan patuh."[8] 

Dalil yang serupa juga terdapat pada dalil dalam Alqur'an surah Al Anbiya ayat ke 30 tentang bagaimana langit dan bumi yang dahulu merupakan suatu kesatuan, lalu kemudian dipisahkan oleh Allah SWT. Dalam integrasi Ilmu dan Islamisasi Ilmu, Para Ilmuan kosmologi modern menyebutkan proses terjadinya alam semesta dalam teori ilmu pengetahuan disebut Big bang.

Pada hakikatnya, Para cendekiawan muslim berusaha keras dalam mengintegrasikan kembali ilmu dan agama. Menurut Ian G. Barbour, yang dikutip oleh Danial[9],  pola hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dapat diklasifikasikan menjadi 4 hubungan  yaitu;

Hubungan Konflik dimana ilmu dan agama dihadapkan pada hal yang bertentangan. Konflik ini dipicu atas pengaburan antara batas batas sains dan agama yang menjawan pertanyaan yang sama sehingga orang harus memilih salah satu diantaranya. 

Hubungan independen yaitu adanya perkembangan ilmu dan agama yang berjalan secara terpisah. Situasi hubungan tersebut menggambarkan seolah olah agama dan ilmu adalah dua hal yang berbeda dan tidak dapat disatukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun