"Kamu tahu, bisa saja telur itu menjadi seekor ayam yang hebat!" kataku sambil berteriak.
Aku kembali mengeram telurku. Aku akan melindungi telur-telurku. Aku belajar untuk ikhlas. Namun, betapa kagetnya ketika aku mendengar Aldo berteriak kepada maminya.
"Asyiiiiiiik, telur mata sapiku jadi!"
Aku kaget. Kenapa Aldo memakai kata sapi bukan ayam. Itu telurku! bukan punya sapi. Aku menangis. Aku harus belajar ikhlas kedua kalinya. Tak lama kemudian, telur-telurku menetas. Aku melihat anak-anakku sehat. Aku terharu.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H