Saya menelan ludah. Bagaimana dia bisa masuk malam ini jika tidak ada air bersih?
" Buatkan Ibu kopi panas, sri" Nusi berseru dari ruang tengah.
Saya meremas jemarinya. Dia bahkan tidak bisa menjerang air.
Aduh, bagaimana ini? Sri menyeka dahi. Â
" Hei! Kamu tadi dengar kalimatku, tidak?" kepala Nusi muncul di bingkai pintu dapur
Saya gugup hendak menjelaskan. Terlambat , Nusi sudah melangkah mendekat saya bisa berusaha menegaskan dengan pelan dan menjaga mulut dengan baik saya mencoba mengobrol dengan Ibu tirinya akhirnya Ibu tirinya sudah menyadari semua. Saya tersenyum bahagia dan terharu menangis ini sudah selesaikan masalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H