Mereka tidak bisa mengobrol dengan bebas, atau Nusi akan terbangun dari tidur. Selesai makan, saya menyuruh Tilamuta kembali ke kamar, dia tidak ingin mencari masalah ketahuan Ibunya tirinya. Anak laki-laki itu mengangguk, sambil sendawa melangkah kembali ke kamarnya.
Pagi itu berjalan tanpa masalah berarti. Nusi bangun kesiangan, saat cahaya matahari pagi melintasi kisi-kisi jendela, dia dengan wajah masam keluar kamar. Tapi demi melihat meja dapur sudah teronggok makanan, dia batal mengomel, membiarkan saya menjemur pakaian tanpa gangguan. Duduk di kursi, mengambil piring bersih. Tilamuta juga bangun, dan sekali lagi ikut makan, sarapan bersama Ibunya, seperti tiga jam sebelumnya belum makan.
Siang hari berlalu tanpa teriakan. Saya telah membereskan semua pekerjaan rumah sebelum pamit bilang hendak mencari kerang kepah. Tadi dia sempat memerhatian dermaga, laut sedang surut, itu berarti lebih mudah mencari kerang di balik pasir. Harganya jauh lebih bagus dibanding bulu sapi. Semoga hari ini dia memperoleh uang lebih banyak untuk membeli beras, dan suasana hati Ibu tirinya terus baik.
Nusi hanya mendengus sekilas saat saya pamit membawa ember plastik, dia tengah duduk bersantai di teras depan. Tilamuta yang bermain di bawah anak tangga melambaikan tangan takut-takut ketahuan Ibunya. Saya membalasnya dengan tersenyum.
Hari itu sepertinya akan berjalan sempurna bagi saya, dia pulang lebih cepat karena embernya penuh dengan kerang pengepul di pulau seberang membelinya dengan harga baik.
Matahari hampir terbenam di kaki barat, gadis kecil itu segera ke dapur, dia hendak memasak air, menyiapkan makan malam, tugasnya jika dia tidak pulang kemalaman mencari uang.
Tilamuta asyik bermain di dapur, entah apa yang ada dia lalukan, Anak kecil usia lima tahun itu sedang bermain kapal-kapalan dari tempurung kelapa. Ibu tirinya duduk di ruang tengah, tersenyum tipis menghitung uang yang baru saya diberikan saya.
" kamu mau kerang saus pedas, Tilam"
"Mau, ka." Tilamuta mengangguk.
Saya tersenyum, meletakkan kantong berisi kerang yang telah dia sisihkan, tidak semua dijual. Menyusun kaya bakar di tungku, menyalakan api. Kemudian meraih cerek untuk menjerang air. Sejenak saya tertegun, saat itulah dia baru menyadari, dia punya masalah baru yang serius.
Lihatlah, Tilamuta sejak tadi bermain kapal-kapalan dengan menggunakan ember besar berisi air bersih. Bahkan si kecil menumpahkan isi ember, tidak ada yang tersisa.