Seiring waktu bergulir, nampaknya keduanya memang ada kecocokan. Entah pelet macam apa yang telah ia gunakan untuk menggaet wanita muda bernama Vivian.
Vivian. Bahkan wanita itu rela meninggalkan kekasih hatinya yang di gembar gemborkan sebagai kekasih sejatinya. Hebat bukan?
"Steven.. Pria itu terus dan terus saja masuk ke dalam hidupku. Tanpa kata lelah. Ia terus menggodaku sehingga akupun menyerah. Ben, kekasihlu itupun rela aku tinggalkan. Ah.. Cinta memang tak bisa di duga... Padahal ia lebih cocok menjadi ayahku. Padahal, banyak laki-laki muda yang antri dibelakangku.. Steven... Apa yang membuatku begitu tak mau jauh darimu???"
Vivian berkata-kata dalam hatinya. Wanita muda itu sedang melamun sendirian di kantornya. Hingga suara dering ponsel membuyarkanya. Dari Steven.. Pria itu...
"Beb... Kangen nih?" Suara berat Steven di seberang sana.
"Iya. Sama..." Jawab Vivian malu-malu.
"Beb, kawin yuk...!"
Ajakan pria itu sontak membuat Vivian bangkit dari duduknya. Tak tau apa yang harus ia katakan. Kawin? Nikah? Jujur ia belum siap dengan pernikahan. Ia masih ingin menghabiskan masa mudanya terlebih dahulu. Pria ini, sungguh sosok pria idaman, meski usianya tak lagi muda. Beda dengan kekasih-kekasih sesaatnya terdahulu.
"Kalau ini. Kita harus bicarakan secara serius beb. Dengan keluargaku.."
"Ah. Itu bisa di atur. Kapan ada waktu kamu beri tahu aku saja beb... Aku mau siap-siap ada meeting"
Pembicaraan berakhir. Vivian senyum-senyum senang. Steven???