"Dek, ayo anter Ibuk ke rumah Mbak Niar." Perintahnya pada Aji, putra sulungnya.Â
Aji yang tengah menata mainan adiknya itu segera mengangguk. Ia mengambil senter kecil kesayangannya yang ia beli satu minggu yang lalu.Â
"Adek ikut nggak? Apa mau di rumah sama bapak? Ibu sama kakak mau ke rumah Mbak Niar."
"Ikuuuuut. Mau ke Mbak Niar."
Setelah berpamitan dengan sang suami, Bulik Shofa segera keluar menuju rumah Mbak Niar yang hanya bersekat satu rumah dari rumahnya. Dari pintu depan rumahnya, sudah kelihatan jendela-jendela rumah Mbak Niar.Â
Satu tangannya memegang piringan bubur sementara satunya lagi menggandeng tangan Adik, sementara Aji berjalan paling depan.Â
"Assalamu'alaikum. Mbaaaaak. Mbak Niaaar. " Teriak Aji dan Adek lantang.Â
Mbak Niar memang sangat dekat dengan kedua adik sepupunya itu.Â
20 detik belum ada jawaban, Aji kemudian menggedor pintu lebih keras sementara Adek kembali melantangkan suaranya.Â
Tok tok tok.Â
"Assalamualaikum. Mbaaaak. Adek datang."