Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Adik Palsu

17 Juli 2023   11:59 Diperbarui: 17 Juli 2023   12:00 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Menangislah Rais. Memang pantas kamu diperlakukan seperti itu. Kamu pantas menjatuhkan air matamu didepan ku jika perlu akui semua perbuatan mu dihadapan ku.

    Ini bukan diriku yang membuatmu terlihat seperti laki-laki yang tidak dihargai. Kamulah yang sebetulnya berkehendak begini. Apakah selama aku hidup bersamamu, pernah aku tidak ingin membalas dekapan tanganmu, serapat-rapatnya tubuhku dengan tubuhmu, aku tetap tenang. Tidak banyak bicara, bahkan sekehendakmu mengotak-atik ku, mengoyak-ngoyak ku, mengobati kerinduan selama aku pergi meninggalkan mu adalah kewajibanku. Aku istrimu yang juga wanita yang mungkin tidak kamu hargai.

    Pasangan suami itu adalah saling melengkapi. Saat butuh, istri memberikan kontribusi kepuasan luar biasa. Sebaliknya, ketika istri butuh, suami harus lebih cakap lagi. Harus mengakuinya sebagai suatu kebenaran, kesempurnaan dalam hubungan. Itu yang selama ini kuberikan padamu. Untuk pagi ini, maaf ya Rais, dengan terpaksa, aku tidak bisa mengikuti kehendak mu.

    Mendingan aku melihat mu menangis daripada aku yang menangis. Tangismu mungkin merupakan kejujuran hatimu bahwasanya, kamu tersakiti.

    Bukan karena tau, aku selingkuh atau aku tidak ingin lagi menjadi istrimu. Bukan itu ! Tapi hanya karena alasan keinginan romantis di pagi ini, tidak kesampaian. Kularang tubuhku untuk memahami arti tentang kesetiaan selama bersangkutan dengan cara mencintaimu yang tidak berubah.

    Ditengah kegamangan yang masih berselisih pendapat. Ketika harapan besar tidak kesampaian, saat cuaca memang masih segarnya. Saat mataku masih menyaksikan si Rais menangis di depan ku, dipintu kamar luar, suara wanita terdengar merdunya.

    Suara wanita itu asing bagiku tapi tidak asing bagi Rais. Air mata yang masih membasahi pipinya, langsung dia hapus. Dia berdiri menuju pintu kamar. Sekiranya aku tidak menahannya maka sudah pasti dia akan membuka pintu kamar itu.

    "Biarkan aku yang membukanya." Kataku dengan tegas padanya.

    "Dia adikku." Jawabnya.

    "Adikmu !. Kalau dia adikmu, lalu mengapa kamu terlihat seperti orang yang aneh ini. Tidak ada seorang kakak yang lebih bingung ketimbang didatangi oleh adiknya"_

    "Dia adikmu atau wanita selingkuhanmu itu ?." Jawab, jangan bohong lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun