Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dramatis

30 Juni 2023   05:44 Diperbarui: 30 Juni 2023   07:19 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagaimana menurutmu ?. Apakah aku harus membuka pintu sekarang ?." Tanyaku pada Alin.

"Aku hanya merasa khawatir jika kita dipisahkan oleh mereka. Aku hanya takut, kalau cintaku tidak akan bersemi seperti malam ini, aku hanya takut, kita tidak akan bersemangat mendesain obyek wisata yang menarik malam ini, tidak ada lagi kunjungan hati jika kamu membuka pintunya sekarang, Syarif''_

"Lagian, kita ini bukan penjahat, kita hanya penjaga hati dari rumah cinta romantis yang baru kita lakukan. Tapi jika memang itu perlu kamu buka maka bukalah seperti saat kamu membuka akses menuju rimba raya yang menakjubkan ku. Bukalah, Syarif ?."

Setelah mendapatkan respon darinya, dengan perasaan yang wao, aku membuka pintu kamar. Mereka langsung masuk kedalam kamar dan menyeret jiwa hatiku yang masih berada diatas tempat tidurnya. Menyaksikan itu, aku hanya bisa bilang, "lepaskan dia !. Alin, tidak bersalah !. Aku yang bersalah !."

Suara bentakan keras yang terucap dari laki-laki pengecut yang tidak memiliki hati nurani bergemuruh bersamaan dengan sekian orang yang telah berada didalam kamar.

"Kamu adalah laki-laki perusak lingkungan sosial. Atas nama cintamu sampai kamu berdua-duaan dengan wanita yang hanya karena wajahnya mirip Lina, kamu menemaninya dalam rutinitas yang tidak biasa kami lihat."

Teringat ucapan Alin padaku tadi sore bahwa "gendonglah aku dihadapan mereka. Agar mereka tahu bahwa cinta itu bukan suatu impian yang tidak terwujud tapi cinta adalah segalanya dalam hidup."

Hanya air mata yang keluar. Kami dibuat seperti bukan manusia. Kami diperlakukan jauh dari sewajarnya.

''Tapi tunggulah !.'' Kataku dalam hati.

Setelah semuanya selesai melampiaskan kekesalannya pada kami berdua, aku dan Alin, tetap bersama. Kami memikirkan langkah selanjutnya adalah memulai satu kalimat yang sama yaitu dalam genggaman tangannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun