Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dramatis

30 Juni 2023   05:44 Diperbarui: 30 Juni 2023   07:19 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidakkah kamu merasakan suara ngos-ngosan diluar sana yang sedang beradu menahan dingin karena siraman air hujan sementara kita disini membuat kolam dan mengisi air hujan yang begitu bersih." Katanya padaku.

Hanya kedipan mata dari Alin yang mempesona tidak terlukiskan. Alin seperti membuka suatu sistem pendidikan yang mungkin akan dia ajarkan kepadaku hingga saat ini, aku tidak bisa menolak sistem itu.

Kuajak diriku untuk menyelesaikan misi karakter yang penuh tantangan serius ini. Aku mencoba menjelaskan dengan cukup bijaksana kepada wanita yang sangat penting dalam hidupku saat ini.

"Alin, dengarlah hujan deras yang sedang bernyanyi diatas atap rumah ini dan dengarlah percikan-percikan guntur yang memancarkan cahaya bahagianya, aku tidak ingin satu juta kebahagiaan malam ini berkurang walau sedikit tapi bisakah kamu membantuku untuk melihat keadaan luar jendela. Benar-benar, aku tidak nyaman dalam genggaman seperti ini apabila ada hal yang aku pikirkan."

"Mengapa kamu perduli dengan kehadiran mereka, Syarif ?. Ini momen berharga yang tidak biasa dalam hubungan kita, ini istimewa, Syarif. Bahkan hujan deras beserta guntur kilat nya malam ini menambah keceriaan yang mestinya kita lebih memilih berdiam diri dengan penampilan yang serba sempurna, tetaplah pandangi aku, kamu akan melihat bahwa sejuta kebahagiaan itu akan kamu lihat. Jangan sebentar-sebentar arah matamu berpaling dariku. Aku disini, disini juga memandangi kelopak mata yang kendur itu seharusnya terbuka mengeluarkan pantulan yang tidak bisa aku tahan."

"Bagaimana bisa menimbulkan pantulan pandangan jika aku tidak tenang, Alin. Setiap kali aku melihat kearahnmu maka setiap itu juga mata ini justru belok kearah jendela kamar yang disana mereka menyaksikan gulatan kegilaan kata yang tepat bagi kita. Hingga sekiranya mereka menahan napasnya maka terputuslah satu juta kebahagiaan malam ini''_

"Jika kebahagiaan malam ini terputus maka biarlah hujan membekas diatas atap dan biarkan yang ada di tanah malam ini menggenangi kaki mereka yang ada dibawah jendela kamar ini, Alin."

Kami berdua melupakan siapa yang sedang bisik-bisik berbicara diluar jendela kamar ini. Sehingga beberapa saat kemudian, kamipun yang masih dalam balutan warna samarnya lampu, dikejutkan dengan teriakan yang menggila.

Bukan dari arah jendela melainkan dari arah pintu kamar. Mereka yang tadi diluar jendela kamar karena tidak tahan melihat indahnya cinta, akhirnya menggendor-gendor pintu layaknya ingin menangkap angin hangat yang berhembus yang telah kami rasakan berdua.

"Hee... Kalian yang berada dalam kamar, buka pintunya atau kami buka paksa ?."

"Alin, suara itu aku tahu ?. Dia pasti Rai, dia memang tidak senang dari tadi. Dia pasti menghasut beberapa orang untuk mengambil sebuah tindakan yang tidak pantas itu''_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun