''Melihat mu seperti ini membuat ku tidak tahan. kuingin tanganmu ku potong karena tidak bisa memegang parang dan membelah kayu." gumam pedagang itu dengan kesalnya. Sambil menatap Baginda dengan pandangan tajam, heran dan bertambah marahnya itu. Pedagang itu mulai merasa kalau membeli budak ini hanya kerugian yang dia dapatkan.
  Akhirnya Baginda tidak tahan dan memberitahu pedagang itu, "hai pedagang aneh, sudah cukup, hentikan permainan ini semua, aku tidak tahan lagi !"_
  "Kamu tahu jika aku adalah Rajamu. Raja Sultan Harun Al Rasyid."
  Namun pedagang itu justru balik berkata, ''kamu itu budak ku dan harus patuh padaku." Jawab pedagang itu pada Baginda sambil memukul Baginda. Tentu saja raja yang tak pernah merasakan pukulan, menjerit kesakitan sebab kayu yang dipakai pedagang memukul adalah kayu yang masih ada didepan Baginda yang belum terbelah.
  Baginda Raja masih menjelaskan pada pedagang itu kalau dirinya adalah Rajanya, "Hay pedagang, aku ini benar-benar rajamu, Sultan Harun Al Rasyid." kata Baginda, "kalau kamu tidak percaya lagi, lihatlah ini." Baginda Raja menunjukkan tanda kerajaannya.
  Melihat tanda kerjaan itu, akhirnya pedagang budak itu kaget bukan main dan meminta maaf pada Baginda atas ketidaktahuanya itu dan mulai mengenal Baginda Raja sebagai Rajanya.
  Pedagang itu langsung bersimpuh diri dan menyembah Baginda Raja. Sementara Baginda Raja tetap mengampuni pedagang budak itu disebabkan ketidaktahuan nya.
  Namun kepada Abu Nawas Baginda Raja sungguh sangat marah dan murkanya. Baginda Raja ingin sekali memotong kepala nya, ingin rasanya membuat nya jadi nasi goreng, jadi makanan singa lapar di kandang kerjaan.
  Baginda pun pulang. Sesampainya di istana, segeralah pengawal, algojo disuruh siap-siap untuk memenggal kepala nya Abu Nawas. Karena Baginda Raja yang perintahkan, semua cepat bergerak.
  Tak selang lama, Abu Nawas dihadirkan didepan Raja yang masih terlihat kesal itu.
  "Hay Abu Nawas, kamu sudah keterlaluan. Hari ini, aku hampir saja mati. Sebelum kamu dipenggal, katakan apa keinginan terakhirmu ?."
  Abu Nawas tertunduk didepan Raja. Bukan karena takut dipenggal tapi memikirkan solusi untuk menyelamatkan dirinya dari jeratan hukuman mati.