Apalagi Abu Nawas, hampir berlompatan, bahagia cuman dia berlompatan dalam hatinya sambil berkata, "Rajaku, kali ini maafkan aku, tapi kali aja Raja menjadi mainan ku." Lanjut Abu Nawas pada Baginda, "tapi Baginda ... " kata Abu Nawas yang sengaja tidak ingin melanjutkan perkataannya itu untuk membuat Raja penasaran sedikit lebih besar rasa ingin tahunya itu.
  Benar saja, Baginda penasaran dan mempertanyakan pada Abu Nawas "tapi apa, katakanlah ?." Tanya Baginda tidak sabar ingin mendengar jawaban Abu Nawas yang menurut Baginda ada yang lain itu.
  "Tapi Baginda harus menyamar sebagai rakyat biasa agar bisa menikmati keadaan indah ditengah masyarakat Baginda sendiri. Karena kalau tidak menyamar maka Baginda tidak akan bisa menikmati apalagi menyaksikan benda ajaib itu, masyarakat akan memintanya dari Baginda jika Baginda datang dalam keadaan berpakaian kerajaan. Pasti masyarakat beranggapan, kapan lagi bisa meminta pada Rajanya. Makanya hamba menyarankan pada Raja untuk menyamar." kata Abu Nawas.
  Karena begitu besar keingintahuan Baginda Raja, maka beliau bersedia menyamar sebagai rakyat biasa seperti yang diusulkan Abu Nawas padanya.
  Kemudian Abu Nawas dan Baginda Raja Harun Al Rasyid berangkat menuju ke sebuah hutan hingga mengundang perhatian dari Baginda, bertanya lah Baginda pada Abu Nawas, "ya Abu Nawas, benda apakah yang ajib itu ? Apakah benda itu ada di hutan ya, saya kira benda ajaib itu ada ditengah-tengah masyarakat ?."
   "Wahai Baginda Yang Mulia Raja Terhormat, benda ajaib itu memang ada di tengah-tengah masyarakat tapi untuk menuju kesana, kita harus melewati hutan dulu. Ini jalan yang dikhususkan untuk melihat benda ajaib itu."
  "Berarti benda Ajaib itu memang sangat luar biasa." Membalas jawaban Abu Nawas dengan respon yang positif.
  Sampailah mereka di hutan itu, lalu Abu Nawas mengajak Baginda Raja untuk mendekati sebuah pohon yang rindang dan dia memohon kepada Baginda Raja untuk menunggu di situ sebentar saja. Sedangkan Abu Nawas pergi menemui seorang Badui yang memang aktifitas pekerjaan adalah menjual belikan budak.
  Abu Nawas lalu mengajak pedagang budak itu untuk melihat calon budak yang istimewa itu dan akan dijual kepadanya dari jarak yang agak jauh.
  Abu Nawas membuat alasan bahwasanya yang sebenarnya calon budak itu adalah teman dekatnya dan keluarga nya membutuhkan uang untuk satu bulan kedepan termasuk mau pergi berobat dan karena dia sulit cari kerjaan makanya aku jual. Karena itu aku tidak sampai hati dan tega menjualnya di depan mataku sendiri.
  Setelah pedagang budak itu memperhatikan dengan seksama, segembira mungkin dari kejauhan dan merasa cocok maka ditetapkan harga sekian-sekian.