Permasalahan yang sama pun bisa jadi akan berbeda penyelesaiannya. Masalahnya, untuk menentukan "apa masalahnya" kita mungkin membutuhkan alat tes psikologi.
Lalu, bagaimana tes yang baik?
Psikometri 101: Bagaimana Tes yang Baik?
Dalam psikometrika, nilai validitas dan reliabilitas adalah dasar dari setiap tes yang bagus. Validitas adalah tingkat di mana tes mengukur apa yang diklaimnya untuk diukur.Â
Misalnya, tes kecerdasan harus secara akurat mencerminkan kemampuan intelektual, bukan pola acak seperti sidik jari. Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil tes dari waktu ke waktu.Â
Jika kita mengikuti tes beberapa kali, hasilnya harusnya akan stabil. Jika tidak stabil maka cek lagi apakah tes yang digunakan adalah tes yang bagus atau bogus.
Alat tes yang baik, seperti tes IQ, inventaris kepribadian, dan tes bakat, dibangun berdasarkan penelitian selama puluhan tahun, analisis statistik, dan validasi di berbagai populasi.Â
Tes-tes tersebut telah terbukti dapat memprediksi hasil seperti kinerja pekerjaan, prestasi akademik, dan kesehatan mental secara akurat.
Sebaliknya, tes sidik jari tidak memenuhi kriteria ini. Hasil tersebut tidak dapat diandalkan (hasil bacaan yang berbeda untuk orang yang sama dapat menghasilkan "hasil" yang sangat berbeda), dan tidak valid, karena tidak mengukur sifat atau kemampuan yang berlandaskan ilmiah.
Tes Apa yang Sebaiknya Kita Lakukan?
Pertama-tama, jangan ikut tes psikologi kalau tidak ada dan tidak tahu tujuannya.Jika harus, saya sudah pernah menulis tentang 10 kriteria tes psikologi yang baik.
Jika kita benar-benar butuh memahami kepribadian, kekuatan kognitif, atau kesejahteraan emosional kita, tersedia berbagai tes psikometrik yang tervalidasi dan terbukti secara ilmiah berhasil.Â
Penilaian ini didasarkan pada penelitian selama puluhan tahun, studi yang ditinjau sejawat, dan analisis data yang ekstensif.