Tes IQ menuai banyak kritik karena definisi kecerdasannya yang sempit dan potensi bias budayanya. Kritikus berpendapat bahwa tes IQ hanya mengukur aspek kecerdasan tertentu, seperti kemampuan verbal dan matematika, dan mengabaikan kemampuan penting lainnya, seperti kreativitas dan kecerdasan emosional. Selain itu, tes IQ mungkin bias terhadap individu dari latar belakang budaya tertentu, karena pertanyaan dan konsepnya mungkin asing bagi mereka.
Akibatnya, teori dan metode pengukuran kecerdasan yang lebih baru telah muncul. Salah satu teori tersebut adalah teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh psikolog Howard Gardner. Teori Gardner menunjukkan bahwa ada beberapa jenis kecerdasan, termasuk linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, kinestetik-jasmani, interpersonal, dan intrapersonal. Teori ini telah mengarah pada pengembangan tes baru yang menilai berbagai jenis kecerdasan ini, seperti Skala Penilaian Perkembangan Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences Developmental Assessment Scales; MIDAS).
Metode pengukuran kecerdasan lainnya adalah penilaian dinamis, yang melibatkan penilaian kemampuan individu untuk belajar dan beradaptasi dengan situasi baru. Penilaian dinamis berfokus pada potensi individu untuk belajar, daripada tingkat pengetahuan atau keterampilan mereka saat ini. Pendekatan ini telah digunakan dalam pengaturan pendidikan untuk mengidentifikasi siswa yang mungkin mendapat manfaat dari dukungan atau sumber daya tambahan.
Kesimpulannya, kecerdasan adalah konstruksi kompleks yang telah dipelajari secara ekstensif dalam psikologi. Sementara tes kecerdasan tetap menjadi metode pengukuran kecerdasan yang banyak digunakan, teori dan metode baru telah muncul yang menawarkan pandangan kecerdasan yang lebih komprehensif dan inklusif. Karena pemahaman kita tentang kecerdasan terus berkembang, penting untuk terus mengembangkan dan menyempurnakan metode pengukuran kita untuk memastikan bahwa kita secara akurat menangkap konstruksi penting ini. (oni)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H