Kalau Kau Maha Pengatur segala sesuatunya, kenapa masih perlu ada dosa? (Menggeser posisi duduk.)
T: Akankah kau tetap ingat padaKu, kalau begitu? Dosa. Bukankah itu yang lebih kau takuti ketimbang aku?
S: (Tertegun. Mengetuk-ngetuk pinggiran meja.) Aku marah.
T: Pada apa?
S: PadaMu. Padanya. Pada hidup. Semuanya.
T: Ikhlaskan.
S: Kau mengucapkannya semudah aku mengunyah permen. Bagaimana bisa?
T: Bisa.
S: Bagaimana aku bisa ikhlas?
T: Ingat saja Aku yang selalu ikhlas mengampuni dosa-dosamu.
S: Bagaimana caranya? Aku bukan Kamu. Pintu maafku tidak selebar milikMu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!