T: Aku mengatur segalanya. Sekali pun Aku tak pernah lalai. Sedikit pun Aku tak pernah keliru. Apalagi urusanmu. Percayalah, semua tepat pada waktunya. Hidup ini ibarat permainan catur. Kau pionnya. Dan aku pemainnya.
S: (Menengadah. Tersenyum. Warna senja di langit terpercik di wajah. )
T: Satu lagi yang perlu kau ingat. Kau tetap boleh memohon padaKu, pada Sang Pemain. Aku tak keberatan, sungguh. Bukahkah kau tak pernah mendengarku mengeluh?
S: (Tersenyum. Lagi.) Haruskah aku berterima kasih padaMu sekarang, Tuhan?
T: Kapanpun. Kapanpun kau mau. Pintuku selalu terbuka untukmu. Dan lagi, Aku selalu sabar menantimu...
*Dini hari, setengah meracau. Untuk diri saya sendiri, yang acapkali lalai mengingatNya... =’)
@putririzkyp
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H