Mohon tunggu...
Putri Musalamah
Putri Musalamah Mohon Tunggu... Psikolog - Konselor, trainer, SDM dan fasilitator parenting

9 tahun menggeluti dunia pendidikan dan konseling remaja, tertarik dengan ilmu parenting. Kini menfokuskan diri di bidang SDM dan HRD.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan dari Ibu

12 Desember 2024   13:52 Diperbarui: 12 Desember 2024   18:48 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Yah ini kesempatan baik, ayah bisa mendapatkan banyak uang dari sana, setelahnya ayah bisa tinggal di panti jompo dan menikmati hidup" ucap Toni.

" Jika kau menelpon hanya ingin mengirimku ke panti jompo lebih baik tidak usah menelpon" ucap pak Thomas yang langsung menutup telponnya.

Pak thomas kesal dengan kedua putranya yang lebih memilih bekerja dikota dari pada meneruskan usaha keluarga. Baru saja dia mau keluar rumah untuk manggil sapi-sapinya dia melihat ada mobil jeep hitam parkir di depan.

" Ayaah..." ucap Andre saat keluar dari mobilnya.

Melihat putra keduanya perasaanya sudah tidak enak, pasalnya putra kedua ini cukup nakal. Dia senang main judi, hutangnya ada dimana-mana. Kedatanganya kesini bisa dipastikan adalah meminta uang.

" Kau punya hutang dimana lagi" sambut pak Thomas saat melihat putranya.

" Ayah kau tidak boleh begitu, aku hanya ingin mengunjungimu"ucap Andre.

Tanpa menghiraukan ucapan Andre, pak Thomas langsung menuju ladang belakang rumahnya. Dia kumpulkan para sapi yang siap di perah, dengan menggunakan kuda dia giring 5 ekor sapi masuk kedalam kandang. Setelahnya dia keluarkan ember dan kain bersih untuk memerah sapi-sapi secara manual.

" Kenapa di perah manual, alatnya rusak?" ucap Andre yang membututinya dari belakang.

" Listrik mahal" sahut pak Thomas ketus.

" Bukanya lebih lama jika manual begini, sapi-sapi kitakan banyak jumlahnya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun