Riani memang sering menulis artikel lepas untuk platform pertain, tidak selalu menghasilkan setidaknya tulisanya di bayar meskipun hanya cukup membeli beras. Biasanya saat Riani bekerja anak akan diasuh Mbah So sahabat baik ibu yang tinggal di depan rumahnya. Riani adalah anak tunggal, ayah sudah lama meninggal dan kini dia hanya tinggal berdua dengan anaknya di rumah warisan orang tua.
" Mbah nitip nggih, niki susunya Alif" ucap Riani.
" Iya nduk...gimana ada kabar dari bapak e Alif" ucap mbah So.
" Belum mbah masih tidak aktif" ucap Riani.
" Coba matur ke pak RT, beliaunya kan juga punya bisnis kebun sawit di Kalimantan siapa tau bisa membantu mencarikan" saran mbah So.
" Gitu ya mbah nanti habis pulang kerja saya coba kesana, nitip Alif nggeh mbah, maaf merepotkan terus" ucap Riani.
" Ndak papa nduk Alif sudah ku anggap sebagai cucuk sendiri, maklum cucuku podo di bawa ibu e semua" ucap mbh So.
" Monggo mbah saya pamit dulu"ucap Riani.
Riani bergegas menuju pabrik rokok yang berjarak 15 menit dari rumah. Dia harus datang tepat waktu agar gajinya tidak di potong karena terlambat. Setibanya di sana Riani bertemu Marta orang yang mengajaknya ikut kerja di pabrik rokok.
" Jeh nanti sore temani aku ya ke pasar" ucap Marta.
" Mau beli apa?" sahut Riani.