Sienta mengambil napas panjang, lalu pelan-pelan menceritakan kejadian apa yang menimpanya setelah Ria pergi memanggil Bintang dan Irfan ke lapangan basket.
      Dua Puluh Tiga
Sienta tidak bisa meronta. Semakin lama rasanya semakin sesak dan dingin. Tekanan air begitu kuat. Sienta merasakan akan mati.
      Dua Puluh Empat
Hari-hari berikutnya, setelah kejadian itu, Sienta tidak masuk kuliah. Bintang melarang Sienta masuk kuliah untuk sementara waktu.
      Dua Puluh Lima
Sepanjang jalan, Sienta merasa sangat tertekan. Entah mengapa buku harian itu benar-benar menceritakan sisi lain Bintang, yang tidak pernah Sienta kenal.
Rizal bangit dan menusuk Bintang tepat di perutnya.
      Dua Puluh Enam
Karena kegilaannya waktu itu, Rizal masuk tahanan dan pusat rehabilitasi. Menjadi seorang homoseksual bukanlah takdir, tapi pilihan hidup. Semua bisa berubah.
Â