Hati merasakan suasana tenang nan syahdu yang menghangatkan jiwa. Memercikkan rasa Syukur yang menambah kenikmatan dalam menjalani hidup.
Suasana ketika di puncak Sikunir-Dieng, cukup padat, terutama musim liburan sekolah dan akhir tahun. Maka selepas matahari telah naik sempurna, dan sinarnya mulai terasa panas menyengat. Saya pun memutuskan untuk turun ke bawah bukit.
Selama perjalanan ke bawah bukit Sikunir, kita akan disuguhi alunan musik serta lagu yang dibawakan oleh pemuda/warga setempat. Dan orkestra lagu daerah diantaranya keroncong, musik koplo maupun dangdut.Â
Kita pun dapat melihat-lihat area kebun teh. Sarapan dan membeli oleh-oleh khas Dieng, salah satunya teh tambi, manisan carica, kentang juga cabai khas Dieng.
Selanjutnya saya dan rombongan melanjutkan perjalanan, melihat wisata lain di area Dieng. Diantaranya Batu ratapan angin, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, dan Telaga Menjer.
Sensansi petualangan naik ke puncak bukit Sikunir ini memang terasa tidak terlalu melelahkan, layaknya pendaki yang mendaki Gunung tinggi, dengan pendakian panjang. Misalnya Gunung Pangrango, Gunung Gede atau Gunung Rinjani.
Kini dengan tujuan wisata, pemerintah daerah pun membuat akses yang memudahkan segala usia. Untuk bisa menikmati Matahari terbit tanpa harus berjam-jam mendaki area pegunungan.Â
Sehingga menyongsong hari baru, alias menyaksikan matahari terbit di puncak pegunungan. Bukanlah hal yang mustahil.
Alhamdulillah, kita dan keluarga pun bisa merasakan sensasi berpetualang di alam bebas. Dengan jarak mendaki yang lebih pendek, semi pegunungan. Sehingga membuat mendaki tidak terlalu berat, serta melelahkan.
Demikian ulasan dari saya, semoga menjadi referensi untuk sobat lain berwisata ke Puncak Sikunir-Dieng. Mentadaburi indahnya alam semesta yang Allah ciptakan.
Setiap perjalanan tentu mempunyai beragam cerita, semoga mampu menyejukkan jiwa, menentramkan hati dan menumbuhkan rasa syukur kita kepada Allah yang Maha Esa.