Plak.. Plak.. Suara tamparan keras yang diiringi dengan tangisan Ibu mengudara di ruangan tamu.
Segala sumpah serapah, teriakan dan kata-kata Binatang keluar dari mulut Ayah. Membuat aku dan adikku yang berdiam di kamar ketakutan.
"Dasar ga becus.." Kata Ayah sambil berteriak dan marah.
Kami menggeratakkan gigi, menggigil ketakutan. Takut, jika Ibu dianiaya Ayah, takut jika Ayah juga melampiaskan amarahnya kepada kami.
Karena bukan kali ini saja Ayah marah, membentak tak karuan. Ketika emosi, tak hanya kekerasan verbal yang ia lakukan, pun kekerasan fisik dilayangkan kepada kami.Â
Tak jarang kami melihat perbuatan Ayah. Yang ringan tangan, memukul, menendang, bahkan berusaha mencekik Ibu.
Betapa miris Aku yang membayangkannya. Spontan tangan memeluk adikku erat dan menutup telinganya rapat, agar kata-kata Binatang tak terserap ke dalam jiwa adikku.Â
Ya, aku khawatir, dia adik lelakiku yang kelak akan menjadi seorang Ayah. Kemudian akan melakukan hal yang sama kepada istrinya tanpa sengaja, karena trauma masa kecil yang meresap ke alam bawah sadar.
Ku kecup rambut Adik dan ku hapus air mata yang turun berlinang di matanya. Ya Allah.. kuatkan kami, batinku dalam hati.
"Jangan menangis dik, Semoga Ibu tak apa-apa'' Ucapku seraya berbisik di telinganya.