Ah, mungkin bagi Sebagian orang, mimpiku ini adalah hanya hal biasa. Atau mungkin hampir semua orang memiliki mimpi yang mirip denganku bahkan lebih besar.Â
Tapi bagiku, Impian itu terasa begitu indah, menggema dalam relung jiwa. Manis dalam benak, menghentak alam bawah sadar saat hal itu ku tuliskan dahulu.
Mimpi itu seolah harapan yang membuncah dalam dada. Menerbangkan ku ke langit, melintasi awan dan memeluk gemintang. Terasa berkilau, bercahaya, menyenangkan sekali rasanya bermimpi.
Apalagi saat itu aku masih sekolah menengah. Sehingga belum memiliki apa-apa. Uang jajan pun masih bergantung pada orang tua.
Bertahun-tahun berlalu, aku pun mulai melupakan list impianku itu. Hingga akhirnya... ingatan itu pun Kembali, saat ku tatap indahnya masjid Nabawi, Madinah-Arab Saudi.
Kenangan impian manis itu pun berkelebatan. Saat aku bersimpuh di depan Ka'bah. Sungguh, rasanya aku tak percaya. Berkali-kali ku kedip dan mengucek mata serta mencubit pipi, aku bertanya-tanya dalam hati, apakah ini semua benar terjadi.Â
Aku bisa duduk dan berdoa di depan Ka'bah. Tempat yang selama ini hanya mampu ku pandangi pada gambar, dan hanya bisa ku lihat di TV saat azan atau ada berita tentang ibadah haji.
Mulutku masih menganga, terkesima.. Begitu takjub.. Terbawa suasana haru.. Ketika tanpa sadar, panggilan azan pertama di Baitullah menelusupkan rindu berpuluh tahun lalu. Sebagai Panggilan dariMu, untukku..
Ku dengar azan berkumandang, merdu sekali. Terasa lebih indah dari biasanya saat di Tanah Air. Allahu Akbar... Allahu Akbar.. Lailahailallah..
Air mataku pun makin mengalir deras, ketika aku bersama Ibu merapatkan shaf, bersama jama'ah lainnya melaksanakan sholat magrib bersama. Begitu syahdunya suara imam, seiring romantisnya suasana magrib di Mekah. Seolah lafadz doa ku bisa menembus ke atas langit, didengar oleh Allah, Sang Maha.