Kalimat talbiyah, doa dan zikir lirih keluar dari mulutku, tetesan air mata pun mengiringi, tak terbendung, mengharu biru dari dalam hati. Tak terhitung ucapan terimakasih pada Allah Sang Maha Kasih. Karena atas nikmatMu, hingga aku dapat menjejakkan langkah ke tanah suci. Dan bermunajat di sini. Di depan Ka'bah bersama muslim lainnya di seluruh Dunia.
Tak terbilang betapa banyaknya manusia yang berlomba mendekat dan mencium Hajar Aswad, tak kenal usia, tua maupun muda. Tak kenal Ras kulit, putih ataupun hitam, tak kenal bangsa serta kewarganegaraan. Juga tak kenal kaya ataupun miskin.
Kami semua menyembah Allah yang Satu, kami memiliki niat yang sama, yaitu beribadah kepadaMu ya Rabb.Â
Sesaat ku arahkan pandangan menengok ke kiri, seorang anak perempuan kecil tersenyum menyapaku selepas solat, tersenyum manis sekali. Usianya sekitar 3-4 tahun, kulitnya yang putih bersih, matanya yang coklat, sepertinya berasal dari Pakistan atau negara Timur Tengah lainnya.
Kata sapaan yang tidak kumengerti keluar dari bibir mungilnya, aku hanya bisa tersenyum saja. Ingin rasanya ku jawil pipinya yang gembil, namun aku khawatir Ibu yang sedang sholat sunah di sebelahnya marah. Jadilah aku hanya tersenyum dan memberikan isyarat tubuh menyapanya, lalu ku keluarkan coklat kurma yang ada di saku.
Coklat yang ku dapatkan tadi sebelum solat dari seseorang yang membagikan di pinggir jalan. Kebetulan ini adalah hari jumat, sehingga hari ini di jalan beberapa orang membagikan kurma, makanan dan coklat berharap keberkahan dari Allah di tempat yang mulia.
"Mau? " Kataku setengah lupa dan tertawa, hehe apa Ia paham bahasaku, sepertinya anak ini bukan orang Indonesia, rambutnya ikal pirang, dengan kulit putih dan mata yang biru. Khas orang bule, dari Benua Eropa.
Anak kecil manis itu sepertinya tak memahami bahasa lisanku, namun paham bahasa tubuhku. Ia pun menggeleng dengan malu, ketika ku minta mengambil coklat dari tanganku.
Namun setelah ku yakinkan tak apa diambil, akhirnya dia pun luluh dan coklat itu pun dengan cepat berpindah tangan ke mulutnya. Dengan satu kali kunyahan besar, coklat itu pun habis tanpa sisa diselingi dengan tawa kecil nya.
Duh... rasanya ingin ku cium pipi mungilnya yang menggemaskan, namun ia bukanlah orang yang tak ku kenal, dan aku adalah orang asing baginya. Alih-alih gemas, nanti Ibunya malah marah, hehe