Jodoh yang menjadi jawaban dari balada patah hati ini, baru saya temui setelah bertahun kemudian. Dan saat itu, saya baru menyadari bahwa fasa ini dapat di akhiri dengan lebih mudah. Ketika menikah, terutama dengan orang yang tepat.
Karena memiliki pasangan yang baik di saat yang tepat dan memiliki anak-anak yang sehat, nyaris membuat saya lupa akan patah hati.
Dari fase pernikahan, kita sebagai manusia dapat lebih saling menyesuaikan diri secara keseluruhan. Bukan hanya kepura-puraan, bukan pula sekedar kata manis dan rayuan gombal.
Setelah menikah baru saya memahami dan mensyukuri, bahwa ternyata jodoh yang Allah berikan itulah yang paling sesuai dengan kebutuhan saya. Tentu tidak semua hal persis sama dengan yang di dambakan.
Dan tentu ada saja perbedaan yang membuat kesal  dan bersedih bahkan dalam banyak hal kecil. Misalnya si Istri suka makan A, suami suka B. Jarak yang memisahkan, ataupun perbedaan sikap dalam mengasuh anak, menyikapi beda kondisi keluarga masing-masing. Dan masih banyak problematika lainnya.
Namun ikatan pernikahan menjadi suatu komitmen, yang harus di sadari dengan penuh tanggung jawab oleh suami dan istri. Sehingga kedua pihak mencari jalan tengah dari setiap permasalahan dalam kehidupan.Â
Pantaslah dalam islam, menikah adalah ibadah yang meyempurnakan separuh agama. Karena esensi pembelajarannya seumur hidup dalam suka maupun duka.Â
-Catatan patah hati yang nyaris terlupakan-Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H