Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Balada Patah Hati yang Akhirnya Menemukan Jawaban

12 Mei 2024   10:42 Diperbarui: 6 November 2024   20:33 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi - Keindahan Bromo di pagi Hari, menggambarkan bahwa malam yang gelap akan berganti dengan pagi yang menakjubkan

Pernahkah Anda patah hati? Bagaimana rasanya?

Sedihkah? Galaukah?

Sebagian orang  merasa dunia menjadi runtuh

Hingga tidak enak makan, 

semua terasa hambar

Tidak enak tidur, pikiran terasa buntu

Berbuat ini itu serba salah dan tak enak

Hanya ingin mengurung diri dalam kamar

Karena melihat Matahari yang ceria saja tak sanggup

Seolah bagai tertawa mengejek pada jiwa yang sepi

Hati rasa tak tentram, badan terasa lelah, layaknya beban berat yang menggelayut di pundak

Bahkan ada yang hingga ingin mengakhiri hidup.. (Semoga kita dijauhkan pada kondisi tersebut dan dapat berpikir jernih).

Dalam pikiran saya kala patah hati..

Rasanya Allah saat itu tidak menjawab berbagai pertanyaan,

Akan Rasa sakit, sedih dan kesal

Kenapa saya ditinggalkan?

Apakah saya tidak pantas? Apa yang kurang dari saya? Mengapa ini terjadi?

Dan begitu banyak pertanyaan lain yang saya tanyakan kepada Allah dan diri sendiri

Timbul pula rasa menyalahkan diri sendiri atas kekurangan yang dimiliki kala itu. Ketidak mampuan untuk menjadi yang terbaik bagi pasangan, sehingga hubungan yang dimiliki tidak bisa dipertahankan dan hancur begitu saja..

Saya pun pernah melewati fasa patah hati, fasa sedih dan cukup panjang, hingga sempat terasa sulit untuk memulihkan diri (Move On).

Hingga untuk memulai mengenal lawan jenis, dan memulai hubungan baru terasa malas, trauma, dan tidak ada keinginan lagi.

Allah ternyata menjawab doa yang saya panjatkan. Memang tidak dalam hitungan menit, jam, hari, bulan dan tahun.

Allah menyembuhkan luka itu, setelah bertahun-tahun berikutnya. Lewat berbagai keadaan yang juga harus dilewati.

Awalnya tidak mudah dan terasa hampa. Itulah perasaan manusia.. Semakin dipikirkan, semakin terasa berat.

Maka berikut ini Tips untuk menyembuhkan luka karena patah hati, yang saya lakukan :

1. Bercerita dengan orang yang tepat, orang tua ataupun sahabat yang dapat dipercaya.

Berhati-hatilah dalam bercerita kepada orang lain, karena tidak semua orang memiliki rasa empati, alih-alih malah menjerumuskan ke dalam hal yang salah.

2. Berdoa/ beribadah.

Memperbanyak diri solat dan menangislah meminta kepada Allah jalan keluar dari setiap persoalan, sehingga hati menjadi tenang.

Datang kepada Allah dan berdoalah, karena Allah yang Maha membolak balik hati manusia, yang sedih bisa menjadi gembira karena pertolongan Allah.

3. Introspeksi diri.

Memperbaiki kesalahan namun tidak berarti terlalu menyalahkan diri sendiri.

4. Sibukkan diri dengan banyak hal lain yang positif dan bermanfaat dalam hidup. 

Hal baik akan datang jika kita menanamkan kebaikan pula dalam hidup.

5. Hindari mencari tahu segala sesuatu tentang mantan.

Baik melalui media sosial dan kesehariannya. 

6. Hindari mendengarkan hal yang membuat sedih.

Lagu dan cerita sedih akan semakin menghanyutkan perasaan kamu.

7. Yakinlah bahwa masa depan akan menjadi lebih baik.

Percayalah.. sedih itu pasti ada ujungnya. Badai pasti berlalu.. Dibalik setiap kesulitan yang dilalui, pasti ada kemudahan yang menyertainya. Yakinlah..  

Perjalanan patah hati mengingatkan saya lirik lagu milk  Bernadya - Untungnya Hidup Harus Terus Berjalan :

Untungnya... Bumi Masih berputar

Untungnya.. Ku tak pilih menyerah

Untungnya, Ku bisa rasa Hal-hal baik yang datangnya belakangan..

Ada waktu-waktu,  

Hal buruk datang berturut

Semua yang tinggal, juga yang hilang

Seberapapum absurdnya pasti ada makna

Maka saya pun belajar dan berfikir, lewat fasa patah hati ini. Allah sedang menempa saya dengan rasa kecewa. Menguatkan hati agar bisa melewati fasa kehidupan yang lain.

Allah meminta saya untuk bersabar dan memantaskan diri dengan seseorang yang lebih baik, hal yang lebih indah dan lebih cocok dengan karakter saya.

Perjalanan patah hati mengajarkan saya. Untuk melewati fasa tersebut, dengan tetap yakin dan berprasangka baik. Bahwa Allah sudah menyiapkan sesuatu yang lebih baik.

Prasangka baik itu membuat afirmasi positif kepada diri. Sehingga dapat menarik kebaikan lain di sekitarnya, layaknya magnet.

Karena diri kita bagai sebuah magnet, jika tidak sesuai dengan pasangan. Tentu akan bersifat tolak menolak. Jika sudah terjadi ketidakcocokan satu sama lain yang tidak memiliki titik temu dan jalan keluar. Maka memang sebaiknya berpisah menjadi jalan terbaik.

Kemudian Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Itulah Jodoh yang sudah Allah tuliskan dalam kitab perjalanan manusia, saat dalam kandungan ibundanya.

Jodoh yang menjadi jawaban dari balada patah hati ini, baru saya temui setelah bertahun kemudian. Dan saat itu, saya baru menyadari bahwa fasa ini dapat di akhiri dengan lebih mudah. Ketika menikah, terutama dengan orang yang tepat.

Karena memiliki pasangan yang baik di saat yang tepat dan memiliki anak-anak yang sehat, nyaris membuat saya lupa akan patah hati.

Dari fase pernikahan, kita sebagai manusia dapat lebih saling menyesuaikan diri secara keseluruhan. Bukan hanya kepura-puraan, bukan pula sekedar kata manis dan rayuan gombal.

Setelah menikah baru saya memahami dan mensyukuri, bahwa ternyata jodoh yang Allah berikan itulah yang paling sesuai dengan kebutuhan saya. Tentu tidak semua hal persis sama dengan yang di dambakan.

Dan tentu ada saja perbedaan yang membuat kesal  dan bersedih bahkan dalam banyak hal kecil. Misalnya si Istri suka makan A, suami suka B. Jarak yang memisahkan, ataupun perbedaan sikap dalam mengasuh anak, menyikapi beda kondisi keluarga masing-masing. Dan masih banyak problematika lainnya.

Namun ikatan pernikahan menjadi suatu komitmen, yang harus di sadari dengan penuh tanggung jawab oleh suami dan istri. Sehingga kedua pihak mencari jalan tengah dari setiap permasalahan dalam kehidupan. 

Pantaslah dalam islam, menikah adalah ibadah yang meyempurnakan separuh agama. Karena esensi pembelajarannya seumur hidup dalam suka maupun duka. 

-Catatan patah hati yang nyaris terlupakan- 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun