Mohon tunggu...
Putri diahayu
Putri diahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Putri Diah Ayu Pitaloka

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tanpa Kepala

5 Agustus 2020   19:45 Diperbarui: 5 Agustus 2020   19:47 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Krasaakkk…krasaakkk…suara langkah kaki terdengar dibalik pokok kelapa sawit. Tapi, aku tau betul kalau itu bukan langkah kaki Firman dan Sela. Tapi anehnya, kami tidak hanya mendengar suara langkah kaki, tapi kami juga mendengar ada sesuatu yang diseret. Tidak lama dari munculnya suara tersebut, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari sumber suara yang sama.

“Aaaaaaaaaa… tolonggggggggg…” suara teriakan anak perempuan.

Segera kami lari menuju sumber suara dan tidak disangka. Benar adanya, pak Mansyur yang kami temui tadi, membawa bangkai kepala dan menculik satu anak perempuan. Nahas, kepalanya baru saja ditebas, darahnya mengucur deras tanpa henti. Tubuhku gemetar tidak karuan, mimpiku benar-benar kenyataan. Aku melihat darah bercucuran.

Tanpa berpikir panjang kami lari kearah yang tidak beraturan. Aku dan Firman lari kearah yang sama, dan Sela lari kearah yang berbeda. Tanpa kita sadari, Sela telah berpisah jauh dariku dan Firman. Begitu paniknya, kami lari semakin jauh ke dalam blok-blok perkebunan. Tersesat dan tidak tahu jalur mana yang mengarah ke jalan raya, itulah nasibku dengan Firman. Kami terus saja berlari tanpa henti. Aku merasa, kami sudah terlalu lama disini, dan tidak tahu bagaimana keadaan desa ketika mengetahui bahwa kami hilang.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Riri, Firman, dan Sela tak kunjung pulang. Ibu dan ayah Riripun panik dan mengabari orang tua Firman juga Sela. Mereka berbondong - bondong menuju rumah tetua di daerah kami, meminta bantuan agar anak-anaknya segera kembali. Berbagai ritual adat telah dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Hingga, seorang pemanen datang menggembar-gemborkan tentang mayat tanpa kepala yang telah ditemukan. 

Seketika ibu dan ayah Riri, Firman, dan juga Sela menangis sejadi-jadinya. Pikiran mereka sama-sama dalam satu persepsi. Mati, ditebas, diculik, dan tidak akan kembali. Itulah pemikiran mereka. Hingga, tetua adat memutuskan untuk mengadakan upacara Ngerangka’u. Upacara tersebut dilakukan sebagai wujud kekeluargaan untuk memberikan kenyamanan kepada orang yang sudah meninggal.

Di tengah-tengah upacara adat yang sedang berlangsung, datanglah seorang gadis kecil dan seorang anak laki-laki dari gerbang masuk desa. Semua tercengang melihat kedatangan arwah yang sedang mereka berkati dengan upacara adat. Semuanya hening, ketika mereka mengetahui bahwa Riri dan Firman belum meninggal.

Breemmm…bremmm… seorang pria paruh baya yang sudah tidak asing lagi yakni pak Mansyur datang dengan membawa karung goni berlumur darah. Karung itu dilempar ketengah-tengah kerumunan masyarakat desa. Karung itu terlempar dan jatuh dengan keadaan terbuka. Seketika sebuah kepala dan badan secara terpisah mencuat keluar dari dalam karung. Anggota tubuh itu jatuh ke tanah. Semua histeris ketakutan, melihat badan Sela terpisah jadi dua.

***

Kkkkrrriiiiinnnggggggg…kkkkrrrriiiiinnnnnggggg…gubrak!!! Suara alarm membuatku benar-benar terkejut. Aku terbangun dengan posisi terbanting dilantai. Seketika aku menampar pipiku sendiri, agar aku benar-benar tersadar. Huhhh…huuhhhh…huhhh… napas masih saja tersengal sengal. Aku masih saja tidak percaya, bagaimana bisa badanku basah kuyup seperti ini. Bahkan, detak jantungku berdegub tidak karuan. Mungkin, aku benar-benar sudah gila. Bagaimana bisa, aku mimpi di dalam mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun