Mohon tunggu...
Putri Aria
Putri Aria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka kucing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Money Politik Benih Korupsi

9 Juli 2023   04:34 Diperbarui: 9 Juli 2023   10:18 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Universitas Nahdlatul Ulama

Nama                           :  Putri Aria Kinanti

NIM                              :  221420000646

Dosen Pengampu   :  Dr. Wahidullah, S.H.I, M.H

Prodi                            :  Perbankan Syari'ah

Mata Kuliah              :  Kewarganegaraan

Fakultas Syari'ah dan Hukum UNISNU

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pesta Politik di Negara Indonesia adalah salah satu ajang yang ramai dan banyak di nantikan oleh banyak orang.

Mulai dari golongan masyarakat, hingga pejabat yang akan berpartisipasi besar dalam pesta politik tersebut.

 Sedangkan masyarakat? Berharap karena serangan fajar atau amplop-amplop dari mereka dinilai berharga meskipun tak seberapa namun dampak yang luar biasa akan ada bagi mereka yang terpilih serta untuk masyarakat juga tentunya. 

     Secara tidak sadar masyarakat dan pelaku praktek koruptif telah melakukan politik uang dan akan menuntun ke berbagai jenis korupsi lainnya. 

Politik uang (money politic) adalah sebuah upaya memengaruhi pilihan pemilih (voters) atau penyelenggara pemilu dengan imbalan materi atau yang lainnya. 

Dari pemahaman tersebut, politik uang adalah salah satu bentuk suap. 

Praktik ini jelas-jelas memiliki tujuan tentang egoisme para calon dan hanya akan memunculkan pemimpin yang memikirkan dirinya sendiri dan golongan. 

Tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi dari tindakan mereka yang semena-mena dalam penyalahgunaan kekuasaan.

Dengan ideologi mereka dimana memperkaya diri adalah hal yang utama.

Masyarakat akhirnya dilupakan. 

Visi Misi hanya gonggongan mereka untuk menjembatani mereka mendapat tujuannya. 

Mereka menjadikan jabatan untuk mengembalikan segala modal yang telah di keluarkan dalam oprasional kampanye dan amplop-amplop.

     Dalam pelaknasaan tugas jabatan mereka melakukan kecurangan-kecurangan untuk mencari keuntungan pribadi mereka.

Mulai dari praktik gratifikasi, menerima suap, manipulasi proporsal, serta korupsi lainnya dalam berbagai macam bentuk.

 Tidak heran jika politik uang disebut juga (Mother Of Corruption) atau induk dari tindakan korupsi.

Politik uang tidak hanya terdiri atas calon sebagai donatur utama, namun terdapat juga donasi dari berbagai pihak untuk mendapat timbal bailk jika calon terpilih, pelaku tersebut dinamakan investasi untuk korupsi/berjudi (gambling). 

Selain itu jual beli suara juga masih marak terjadi, serta para kandidat juga diwajibkan untuk membayar mahar politik. 

Maka dari itu dunia politik terasa sangat mahal.

Dalam masyarakat telah tertanam kebiasaan buruk dalam menyikapi pesta politik yaitu "serangan fajar". Kebiasaan ini telah mendarah daging sejak lama. 

Dikutip dari sejarah revolusi Indonesia, serangan fajar adalah pemberian uang kepada pemilih yang dilakukan secara pagi hari sebelum hari pencoblosan.

Politik berbiaya mahal karena hal tersebut sebagian besar dana di alirkan untuk pembelian suara, namun orang-orang yang di targetkan adalah mereka yang dinilai mampu memberikan suara dan golongan mereka.

Serangan Fajar telah dilakukan sejak zaman Orde Baru dan seakan menjadi bagian dari proses demokrasi Indonesia.

Hal ini dibuktikan dari survei LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) pada 2019 yang menyebutkan masyarakat memandang pesta demokrasi itu sebagai ajang "bagi-bagi rezeki". 

Tidak hanya dari sisi masyarakat, dari sisi politisi pun serangan fajar telah membangun sebuah tradisi demokrasi yang buruk.

Politisi menganggap pembelian suara adalah sesuatu yang lumrah, mesti dilakukan untuk bisa mengalahkan rivalnya pada pemilihan. 

Namun hal itu juga dilakukan oleh pihak oposisi/calon-calon lain yang juga mengincar kemenangan mereka.

Mempengaruhi pilihan dengan politik uang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi masyarakat sendiri. 

Praktik ini akan menghasilkan pemimpin yang tidak tepat untuk memimpin. 

Kebijakan dan keputusan yang mereka ambil kurang representatif dan akuntabel.

Kepentingan rakyat berada di urutan sekian, setelah kepentingan dirinya, donatur, golongan, atau partai politisi.

Calon yang terpilih karena korupsi politik ini juga akan mendorong korupsi di sektor-sektor yang lain. 

Hal ini terjadi karena figur tersebut mengumpulkan uang "balik modal" yang dikeluarkannya selama kampanye. 

Ketika sudah terkumpul mereka akan memanfaatkan untuk mencari pundi-pundi yang lebih. Naudzubillahi min zalik.

Korupsi bisa berdampak pada internal instansi yang dipimpin ataupun kepada masyarakat. 

Di internal, korupsi bisa terjadi dalam bentuk jual beli jabatan atau pada pengadaan barang dan jasa. 

Sedangkan dampaknya kepada masyarakat, akan terlahir kebijakan yang tidak memihak mereka, pungutan liar, hingga pemotongan anggaran untuk kesejahteraan rakyat.

Maka dari itu , berbagai jenis korupsi muncul dari politik uang. 

Secara turun dan runtun bersumber dari politik uang yang bermuara pada berbagai bentuk korupsi yang dilakukan baik dalam instansi atau diluar instansi. 

Masyarakat perlu mendapat pendidikan antikorupsi untuk mengantisipasi hal tersebut (serangan fajar).

Dengan harapan bahwa sumber korupsi dapat perlahan berkurang dan menghilang. 

Dan tidak akan ada lagi ke budayaan negatif yang tetap dipertahankan oleh bangsa ini.

Masyarakat juga harus menyadari bahwa hidup sejahtera mereka, ekonomi, serta kelangsungan hidup dalam bernegara selama 5 tahun mereka tidak dijual dengan harga yang sangat murah. 

Karena akan berdampak besar dalam proses, program, dan pelaksanaan hak-hak masyarakat yang harus di penuhi oleh para pejabat.

Serta akan sangat merugikan untuk masyarakat-masyarakat yang telah terhasut oleh amplop-amplop mereka.

Akhirussalam

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun