Mohon tunggu...
putri cahyani
putri cahyani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menulis untuk semesta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ajaran Budi Pekerti dalam Naskah Suluk Sujinah

27 Oktober 2022   03:24 Diperbarui: 27 Oktober 2022   11:05 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover suluk sujinah oleh Indonesia onesearch 

Suluk mempunyai beberapa pengertian, menurut Sastroamidjojo (1984) beliau menyebutkan

bahwa suluk mempunyai dua pengertian, yakni: (1) suatu jenis puisi Jawa yang berisi ajaran

tasawuf atau mistik Islam; dan (2) nyanyian jenis atau tembang yang digunakan oleh dalang

untuk menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu tempat, atau emosi seperti sedih,

gembira, tenang, marah, dan terkejut dari tokoh wayang kulit yang dilakonkannya.

Suluk juga dapat diartikan sebagai “tali pengikat”, karena karya-karya yang berupa puisi dan

yang berisi ajaran tasawuf itu dipakai sebagai petunjuk atau tali pengikat antara makhluk

dengan sekelilingnya, atau petunjuk seseorang untuk sampai pada makrifat Tuhan (Abdul

Haq, 1960:42-44) meskipun suluk dinyatakan sebagai petunjuk, namun perlu diingat bahwa

suluk ini penyampaiannya dalam bentuk puisi dan samar-samar, sehingga perlu

diterjemahkan untuk dapat mengetahui makna yang sebenarnya atau nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya.

Suluk sujinah adalah salah satu kitab suluk mengajarkan pendidikan budi pekerti. Seperti

lazimnya jenis kitab-kitab suluk, suluk sujinah dituangkan dalam bentuk dialog antara Syekh

Purwaduksina dengan istrinya Dyah Ayu Sujinah mengenai asal mula kewajiban, tujuan dan

hakikat hidup menurut agama Islam, khususnya ajaran tasawuf. Diterangkan juga tahap-tahap

yang harus dilalui manusia dalam upayanya agar bisa luluh kembali kepada Tuhan. Adapun

tahapan itu terdapat empat, yaitu syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.

Tidak mudah untuk menemukan pendidikan budi pekerti dalam suluk sujinah yang sebagian

besar isinya membentangkan masalah jati diri manusia, apa saja yang akann dialami anak

manusia menjelang dan sesudah mati, dzat yang kekal dan lain-lain, hal yang tidak mudah

dipahami, karena dituangkan dalam bahasa yang sarat lambang. Adapun ungkapan budi

pekerti dalam suluk sujinah, yaitu sifat perbuatan lahiriyah, mati dalam hidup, dan sifat ahli

hakikat.

Sifat perbuatan lahiriyah

Dalam subab ini menjelaskan syariat, yaitu seperti sembahyang, sembahyang tidaklah sesulit

memuji orang. Dijelaskan bahwa seseorang yang hanya berhenti belajar pada tahap syariat

diibaratkan sebagai berdagang madu gula. Dalam mengarungi samudera kehidupan, manusia

pasti mengalami banyak rintangan hidup, maka dari itu banyak bicara saja tidak cukup, harus

dilakukan dengan perbuatan.

Lalu dalam hubungan suami istri, diutamakan istri harus berbakti dan menurut kepada suami.

Karena diibaratkan suami adalah guru yang harus dianut, dan istri yang utama adalah istri

yang dapat menjaga tutur katanya, dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, dan tentu

saja patuh kepada suami.

Mati dalam hidup

Dalam kitab suluk sujinah dijelaskan makna dari makna dalam hidup yang berarti semata-

mata hanya patuh kepada perintah Tuhan. Lalu dijelaskan tapa, tapa dalam KBBI berarti

bertapa, lalu maksud dari bertapa adalah  lalu dijelaskan dalam kitab suluk sujinah tapa ada empat macam yaitu:

1. Tapa ngeli: berserah diri dan mematuhi  kehendak Tuhan, yang berarti

hanya mematuhi kehendak-Nya saja, karena Tuhan yang berkehendak, dan manusia

hanyalah pelaksana semata.

2. Tapa geniara: tidak sakit hati apabila dipercakapkan orang, yang berarti tidak perlu

sakit hati jika dibicarakan oleh orang lain, cukup diam saja.

3. Tapa banyuara: mampu menyaring kata dan tutur kata sanak saudara, tidak

terpengaruh orang lain, hanya mematuhi nasehat suami. Berarti dapat menyaring tutur

kata, jadi yang dikeluarkan bukan kata-kata yang menyakiti orang lain, dan bertekada

mematuhi aturan suami.

4. Tapa ngluwat : tidak membanggakan kebaikan, jasa maupun amalnya, yang berarti

jangan memperlihatkan kebaikan diri sendiri, kebaikan cukuplah dipendam sendiri,

dan hanya Tuhan yang tau.

Terhadap sesama selalu bersikap rendah hati dan tidak gemar bertengkar, lagi pula ia

menyadari bahwa setiap harinya manusia selalu harus pandai-pandai memerangi gejolak

hawa nafsu yang akan mejerumuskan dalam kesesatan. Mempunyai pengertian yang

mendalam bahwa pada hakikatnya manusia sebagai makhluk Tuhan adalah sama, setiap

orang mempunyai kekurangan dan kelebihan.

Dapat disimpulkan dari isi subab mati dalam hidup, yaitu bahwa sebagai hamba Tuhan ini

selalu sadar dan percaya, dan taat kepada-Nya, agar dalam kehidupan di dunia ini kita tidak

tersesat. Lalu dijelaskan lagi bahwa manusia menurut kodratnya adalah makhluk sosial, yang

tidak dapat hidup sendiri, dan bergantung kepada sesama manusia lain. Maka dari itu dalam

hidup bermasyarakat hendaknya mematuhi norma-norma yang berlaku, menjadi tutur kata,

berbudi luhur rendah hati, dan tidak mencampuri urusan orang lain, dan selalu bersyukur

kepada Tuhan atas segala nikmat. Di samping itu kita harus selalu sadar bahwa kita adalah

makhluk yang lemah, dan yang berkuasa hanyalah Tuhan.

Sifat ahli hakikat

Ahli hakikat yaitu berarti sabar, tawakal, tulus ikhlas. Pada tahap ini manusia telah mengenal

jati dirinya, yang dilambangkan tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit sebagai kelengkapan

ilmu, dan semuanya itu bersal dari Tuhan. Manusia yang telah memahami ilmu Tuhan

tidaklah berpikiran sempit, fanatik dan takabur, justru sifatnya toleran, tenggang rasa, saling

menghormati. Karena mereka tahu bahwa ilmu sejati, bersumber satu dan memiliki hakikat

yang sama. Ibaratnya sungai-sungai dari gunung manapun mata airnya, pasti akan bermuara

ke laut juga. Sebaliknya jikalau ia memperdebatkan kulit luarnya, berarti beranggapan benar

sendiri, dan belum sampai pada inti ajaran yang dicari. Orang yang telah sampai pada tahap

hakikat, tidak munafik dan tidak mempersekutukan Tuhan.

Dapat disimpulkan bahwa budi pekerti atau akhlak ini snagat penting. Mulai dari akhlak

kepada Tuhan hingga akhlak kepada sesama manusia. hal itu sudah jelas dikatakan dalam

suluk sujinah, yang membahas muai dari persoalan bagaimana kita harus taat kepada Tuhan,

dan bersosialisasi dalam masyarakat dengan memenuhi norma-norma yang berlaku.

Referensi :

Sindu Galba dkk, 1992. Suluk sujinah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

hal.3

Alang-alang kumitir, www.alangkumitir.wordpress.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun