Mohon tunggu...
Intan Pratama Putri
Intan Pratama Putri Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

NIM : 43121010064 Dosen : Apollo, Prof.Dr,M.Si.Ak kampus : Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Asuransi Jiwasraya Aplikasi Pemikiran Panopticon Jeremy Bentham dan Kejahatan Structural Giddens Anthony

31 Mei 2023   23:29 Diperbarui: 31 Mei 2023   23:29 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Giddens, sejarah bukanlah rangkaian peristiwa yang linier atau siklus yang berayun seperti pendulum. Ceritanya dibandingkan dengan kerumunan pemabuk. Orang-orang berada dalam keadaan seperti hidup yang bergoyang ke kiri dan ke kanan, meluncur bolak-balik untuk mencari utopia. Utopia adalah keadaan yang diinginkan sebagai lawan dari keadaan yang menyedihkan. Ruang yang diharapkan lebih baik dari kondisi kehidupan saat ini. Cara terbaik dan termulia untuk mewujudkan utopia adalah melalui politik (Giddens, 1995).

Karena Giddens tidak setuju dengan pemikiran Marx dan para pengikutnya bahwa semua masalah kejahatan dunia berasal dari konflik kelas antara kapitalis dan proletariat. Kaum kapitalis memang menyengsarakan buruh, namun Giddens menduga kondisi ini akan memicu penentangan langsung dari kalangan konservatif, pembela HAM, pembela perdamaian, dan pembela demokrasi. Giddens menampilkan negara sebagai entitas yang memiliki kepentingan independen dari kapitalis dalam mengontrol dan mempertahankan kondisi tersebut (Giddens, 1998).

Dunia membutuhkan gerakan radikalisme politik, seperti kata Giddens, yaitu gerakan yang melepaskan diri dari cengkeraman masa lalu. Radikalisme politik bukanlah revolusi dalam arti gagasan sosialisme. Tujuan radikalisme politik terletak pada semangat progresivisme dan bukan pada penghancuran tatanan yang ada. Sejarah harus dikelola untuk kebaikan rakyat, keuntungan materialisme dan kapital, dianggap anugerah dari Tuhan untuk segelintir orang, harus dikembangkan dan diatur untuk kebaikan dan kesejahteraan semua (Giddens, 2000).

Radikalisme bukan hanya tentang mendorong perubahan, ini tentang membentuk perubahan dengan cara yang dapat membawa sejarah ke masa depan. Cukup banyak bukti bahwa pemerintah telah gagal karena perannya terlalu besar untuk mengintervensi pasar. Atau peran negara menjadi tidak ada (Mashud, 2001). Ini tidak berarti kita menyerahkan keadilan sepenuhnya kepada pasar dan menganggap bahwa kapitalisme, dalam bentuk neoliberalisme, dapat menyelesaikan masalah (Giddens, 1998).  

Menurut Giddens, peran negara tidak boleh terlalu dominan terhadap pasar, tetapi negara harus fleksibel mengakomodasi kepentingan investor dalam kerangka saling menguntungkan. Kemauan untuk bekerja bukanlah ancaman, melainkan solusi untuk mencapai hasil terbaik, bukan saling mencitrakan sebagai lawan antara kepentingan negara dan investor (Giddens, 2000).

Jalan ketiga adalah jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme. Sosialisme adalah perwujudan dari ketidakpuasan terhadap ketimpangan pendapatan yang disebabkan oleh kegilaan kapitalisme. Namun kita harus memahami pemikiran sosialisme dan kapitalisme sebagai perspektif untuk memahami dan menjelaskan realitas sosial ekonomi dan politik yang ada (McClelland, 2005). Jika kita menggunakan satu ide saja, kita jatuh ke dalam nasionalisme sempit, fanatisme berlebihan dan meningkatkan pembagian blok dunia, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan dunia (Giddens, 1994).  

GLOBALISASI, DEMOKRASI DAN JALAN KETIGA

Ketegangan global akibat bipolaritas praktis sosialisme dan kapitalisme menyebabkan munculnya paradigma ideologis sentral yang disebut "Jalan Ketiga". Ideologi yang diciptakan oleh Anthony Giddens ini merupakan ideologi alternatif yang ditujukan untuk menjawab permasalahan kemanusiaan, yang seharusnya menjadi tujuan utama hadirnya ideologi tersebut (Giddens, 1998).

Lahir dalam benak manusia, ideologi Jalan Ketiga merupakan wacana politik global yang menjawab janji besar ideologi sosialisme dan kapitalisme bagi masa depan manusia. Memang kegagalan sosialisme dan arogansi kapitalisme, yang berkembang dalam berfungsinya politik dunia, saling menyuburkan dan menyebabkan tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan oleh kaum borjuis dan proletariat (Giddens, 1994).

Jalan ketiga mengajak kita untuk melampaui ideologi kiri atau kanan, dengan alasan bahwa belum ada yang berhasil membawa peradaban dunia menuju perdamaian dan harmoni. Perdamaian dan harmoni adalah jiwa dari setiap ideologi dunia. Sosialisme dan kapitalisme harus dikesampingkan sebagai titik awal bagi perkembangan peradaban dunia yang lebih sesuai dengan tujuan kemanusiaan dari ideologi tersebut. Jalan ketiga menunjukkan orientasi dan semangat Giddens terhadap humanisme sebagai inti dari tindakan membangun tatanan dunia baru untuk menciptakan masa depan yang adil bagi kehidupan manusia (Giddens, 1994).  

Sejak saat itu, Jalan Ketiga memanifestasikan dirinya dalam kebijakan politik beberapa negara. Sebagai kumpulan hasil penelitian dalam buku "Udet ajat:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun