Sebelum menjadi lembaga pendidikan yang tidak diragukan lagi peranannya, pesantren sendiri mengalami pasang surut dalam perkambangannya mulai dari masa tradisional, pemerintahan kolonial hingga masa sekarang.
Hal tersebut juga terjadi di Jambi dimana pendidikan Islam tidak terlepas dari penyebaran agama Islam di daerah tersebut dimana pada mulanya pendidikan Islam tersebut masih dilakukan secara perorangan dari rumah ke rumah dan bersifat kekeluargaan. Lalu kemudian mulai berkembang dengan berdirinya tempat-tempat ibadah seperti masjid atau sering disebut langgar, Maktab dan setelah itu barulah berubah menjadi madrasah atau pesantren.
 Dengan masuknya organisasi Sarekat Islam di Jambi dan kembalinya ulama-ulama murid H.A. Majid dari Mekkah memberikan dukungan terhadap pembaharuan pendidikan Islam yang masih bersifat tradisional dengan mulai berdirinya madrasah. Para ulama di Jambi sepakat dengan mendirikan wadah  perkumpulan yang disebut dengan Perukunan Tsamaratul Insan [5] pada masa kolonial sebagai wadah untuk menentang kolonial Belanda. Pembentukan Perukunan Tsamaratul Insan tersebut tak ayal  mendapat kecurigaan dari pihak Belanda. Namun dengan bantuan dan peranan Sayyid Ali Al-Musawwa, menantu dari Said Ali Al-Djufri maka kecurigaan pihak Belanda teratasi meskipun pihak Belanda tetap melakukan pengawasan terhadap perukunan tersebut.Â
Dengan berdirinya perukunan tersebut gagasan pembaharuan dalam lembaga pendidikan Islam berkembang pesat. Melalui pendidikan, rakyat Jambi menjadi mengerti bahwa untuk menentang kolonial dapat dilakukan tanpa menggunakan senjata karena telah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta membangkitkan semangat juang menentang Belanda.
Selain itu, faktor perbedaan agama antara rakyat Jambi dengan pihak Belanda juga mempengaruhi laju perkembangan lembaga pendidikan Islam serta adanya batasan-batasan untuk memasuki sekolah barat menjadikan masyarakat menganggap bahwa pendidikan Islam (madrasah) merupakan milik bumiputra, rakyat Jambi. Dengan dukungan dari masyarakat Jambi inilah yang menjadi faktor utama kemajuan dalam lembaga pendidikan Islam.
Adapun metode yang digunakan dslam penulisan makalah ini ialah metode sejarah yang terdiri dari pengumpulan sumber (heuristik), kemudian melakukan kritik sumber lalu dilakukannya penafsiran (interpretasi) dan terakhir ialah penulisan sejarah itu sendiri (historiografi).
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI SEBERANG KOTA JAMBI
Provinsi Jambi di kenal dengan masyarakat Melayu yang identik dengan agama Islam sesuai dengan pedoman "Adat Bersendi Syara', Syarak Bersendi Kitabulllah"-nya. Dari seloko adat tersebut, dapat diketahui bahwa Islam berkembang dengan pesat di daerah Jambi. Dan perkembangan Islam tersebut tidak terlepas dari adanya lembaga pendidikan Islam.
Salah satu yang menandai pesatnya perkembangan Islam tersebut ialah berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam. Seberang Kota Jambi merupakan wilayah di kota Jambi dimana lembaga pendidikan Islam berkembang dengan pesat dan menjadikan wilayah tersebut sebagai pusat perkembangan Islam dan pendidikan Islam.
Sebelum terjadinya pembaharuan dan perkembangan pendidikan Islam, masyarakat Seberang Kota Jambi sendiri telah mengenal adanya pendidikan berbasis Islam yaitu setelah berdirinya Langgar Putih yang selain dijadikan tempat beribadah juga sebagai sarana pendidikan Islam dan kemudian yang sering dilakukan di  tempat yang di kenal dengan nama Maktab (Rumah Kuttab/Kitab) dan madrasah buluh.