"Iyah, Mbak ini aku mau makan siang ko" aku mengambil makanan yang sudah Mbak Yun letakkan di tempat biasa, tepat di nakas samping tempat tidurku. Mbak Yun mengelus kepala ku dengan lembut, ia senang melihat ku yang riang seperti itu, tidak seperti biasanya, Lesuh tidak berdaya. Dengan melihatku seperti ini ujarnya mengingatkanku saat masih kecil, wajah penuh tawa tidak ada air mata yang membasahi pipi kecil ku kala itu. Semakin Beranjak dewasa air mata kerap kali membasahi pipiku yang suci, ucapnya sambil melihat aku makan siang dengan lahap.Â
"Pelan-pelan makan nya", sambil mengacak- ngacak rambut pirangku, lalu ia pergi untuk melanjutkan kerjanya. Oh iya, hari itu terjadi saat weekand, jadi aku bisa bersantai di kamar atau melakukan hal seperti biasanya. Tapi, saat itu beda, tepat seusai aku selesai makan siang pintu kamarku yang menuju Blankon, ada yang mengutuknya secara berulang. Aku abaikan ku suara pintu itu, lanjut menonton drama kesukaanku.Â
Tapi, suara itu mengganggu ketenanganku menonton drama. Yang awal nya ku pikir hanya orang iseng,tapi rasa kesal campur penasaran  ku semakin memuncak hingga aku mengambil sapu lidi untuk berjaga- jaga. Dan, ternyata itu adalah perilaku orang yang sudah membuat aku malu hari ini. Saat itu aku mematung dengan memegang sapu lidi seakan akan aku ingin memukulnya. Respon dia melihat ku saat itu hanya,
"Namaku Andreas, sekian." Setelah itu dia berjalan dengan meninggalkan ku dengan pertanyaan yang terus muncul di kepalaku. Aku mengikuti ia berjalan sambil memangang sapu lidi,ia berjalan menuju rumah nya.Saat ia sadar sedang ia menengok ke arah ku cepat sambil tersenyum.
Senyumnya begitu indah
Dengan cepat aku sadar dan langsung masuk ke kamarku.Â
Namanya Andreas . Nama yang IndahÂ
Entah kenapa saat itu aku begitu bahagia walau, di temukan dengan kejadian yang tidak terduga. Aku langsung menceritakan semua yang terjadi hari itu ke sahabat- sahabat ku melalui whatsapp grub. Saat itu sahabat ku bilang aku sedang jatuh cinta.Â
Sejak hari itu Andreas mengajak aku pergi keluar hampir setiap aku pulang sekolah. Kebetulan sekolah nya dengan sekolah ku bersebelahan. Saat jalan kami saling bertukar cerita tentang keluarga, sahabat, bahkan masa depan. Terkadang aku iri dengan masa depannya yang didukung oleh keluarganya, sedangkan aku.Â
Tapi, sejak itu aku mengerti mengapa orang tua nya mendukung seluruh mimpinya. Jawabannya adalah Kini. Baru saja kami bersenang-senang . Tapi, dia begitu tega meninggalkan aku. Kenangan dengan nya selama 3 Bulan lamanya usang begitu saja.Â
Saat itu seusai kami pergi  ia ingin mengunjungi temannya ke rumah sakit. Tapi, pada kenyataannya saat itu ia ada jadwal untuk kontrol penyakitnya, ia mengidap penyakit yang  memiliki harapan untuk hidup hanya 20%.Â