Ayah ku memiliki sifat temperamental, begitu pun ibu ku. Aku hidup diantar dua monster hidup, terkadang aku bingung harus bersikap seperti apa, bila berhadapan dengan mereka. Hidup ku sejak kecil sudah diatur oleh dua monster itu. Mereka saling bersaing dalam mengatur masa depanku. Rasanya aku ingin menghilang dari beradapan saja, aku tidak sanggup menghadapi semua nya seorang diri.Â
Hingga hari itu, hari berarti bagiku. Dimana, aku bertemu dengan sosok malaikat, ia memiliki rupa yang begitu indah, mata cokelat, rambut berwarna hitam legam. Tidak lain, ia adalah tetangga baru ku, kami bertemu pada saat aku sedang merenung dengan meminum cokelat panas di balkon yang berdekatan dengan balkonnya. Saat itu ia menyapa ku dengan suaranya yang lembut .Â
"Hai.", sapanya. Aku menoleh kearah sumber suara dengan raut wajahku yang terheran di tambah terkejut dan bingung.
Bukannya rumah itu kosong yah, ucap ku dalam hati. Aku mencubit wajah ku untuk memastikan apa aku berkhalusinasi.
'aww' rengah ku
Ternyata aku tidak halu, dengan gugup aku membalas sapanya. Tapi, dia malah tertawa melihat tingkah ku yang kikuk. Aku malu sejadi jadinya, mukaku memerah tanpa basa-basi aku meninggalkannya seorang diri. Akan tetapi, tawanya semakin keras. Aku  menutup dan mengunci pintu kamarku. Aku bingung harus bersikap apa, bila nanti aku bertemu dia dijalan. Tanpa ku sadari sedari tadi Mbak Yun melihatku yang sedang menggelut diri di atas Kasur.
"Nit,gak makan siang?"
Mbutak, aww, suara Mbak Yun mengagetkan ku hingga aku terguling ke lantai untung di lantai kamar aku ada karpet bulu. Jadi, tubuh ku masih aman.Â
"Kenapa, Nitanya Mbak Yun? Kok, seneng banget?,hmm."
"Hehe.. gapapa Mbak."Â
Mbak Yun iseng banget sih, sambil menggaruk tekukku yang tidak gatal. Aku menatap Mbak Yun dengan malu-malu. Gimana, tidak malu? Mbak Yun menatap ku dengan jahilnya.Â