Saat matahari mulai terbenam, Emily dan Maru duduk di bangku taman. Mereka menatap langit yang berwarna jingga. "Aku senang sekali bisa punya Maru, Ayah," ucap Emily sambil memeluk Maru erat-erat. Ayahnya mengelus rambut Emily. "Ayah juga senang, Sayang. Maru adalah teman yang baik untukmu."
Selepas berbincang dengan kedua orang tuanya di taman. Ibu mengajak untuk makan bekal yang mereka bawa di bawah rindangnya Pohon Sakura.  Emily pun segera mengajak Maru yang berada di pelukannya. Mereka menikmati bekal piknik yang telah disiapkan oleh kedua orang tua Emily. "Jangan lupa bekalnya, Maru!", seru Emily saat sudah sampai di Pohon Sakura sambil membawa keranjang piknik berisi roti, buah-buahan, dan kebutuhan Maru. Emily membantu kedua orang tuanya menggelar tikar di bawah pohon Pohon Sakura yang rindang dan menikmati bekal mereka sambil mengagumi pemandangan.
Saat menikmati bekal, Emily melihat bunga sakura pertama kali mekar. "Lihat, Maru, bunga sakuranya sudah mulai mekar!" seru Emily, menunjuk ke arah pohon sakura yang indah. Maru, yang sedang asyik mengendus-endus daun kering, mengangkat kepalanya seolah mengerti. Sinar matahari hangat menyinari wajah mereka berdua, menciptakan suasana yang tenang dan damai.
Setelah kenyang, Emily dan Maru melanjutkan petualangan mereka di taman. Mereka berlari mengelilingi taman, dedaunan kering berhamburan di bawah kaki mereka. "Aku lelah!", seru Emily sambil terengah-engah. Mereka duduk di bawah pohon sakura yang rindang. Maru langsung menggulung tubuhnya dan tertidur pulas. Emily tersenyum melihat Maru yang begitu tenang. Ia mengeluarkan buku gambar dan pensil warna dari tasnya, lalu mulai menggambar Maru yang sedang tidur.
Tiba-tiba, seorang anak laki-laki menghampiri mereka. "Kucingmu lucu sekali! Namaku Ken, kamu?" sapa anak itu ramah. Emily yang sedang asyik menggambar, langsung menoleh. Dari kejauhan, anak itu terlihat mirip dengan John, sahabat kecilnya di Amerika. Namun, saat melihat wajahnya lebih dekat, Emily menyadari bahwa itu bukan John. "Oh, namaku Emily, dan ini Maru, kucingku," jawab Emily sambil tersenyum. "Mungkin suatu hari nanti, aku akan bertemu dengan John lagi," gumam Emily dalam hati sambil terus menggambar Maru.
Setelah puas bermain dan menikmati keindahan taman,Mereka pun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Emily langsung menuju kamarnya. Ia mengeluarkan kertas dan pulpen, siap untuk menulis surat kepada teman-temannya di Amerika. Dengan penuh semangat, ia mulai menceritakan semua pengalaman serunya hari itu. "Hai teman-teman!" tulis Emily di awal suratnya. "Aku punya banyak cerita seru untuk kalian! Hari ini, Ayah mengajakku dan Maru pergi ke taman yang sangat indah. Taman itu penuh dengan pohon sakura dan palem. Daun-daunnya yang berguguran membuat taman jadi seperti karpet berwarna-warni. Aku dan Maru bermain sepuasnya di sana. Kami berlari-lari, bermain petak umpet, dan bahkan aku sempat menggambar Maru yang sedang tidur." Emily melanjutkan ceritanya dengan menceritakan tentang bunga sakura yang pertama kali ia lihat, tentang kenalan barunya, Ken, dan tentang betapa bahagianya ia hari itu. Ia menggambarkan dengan detail keindahan taman, keseruan bermain dengan Maru, dan keramahan Ken.
Setelah selesai menulis surat, Emily merasa sangat puas. Ia berharap teman-temannya akan senang membaca suratnya dan membayangkan betapa serunya petualangannya di Jepang. Dengan hati yang gembira, Emily memasukkan suratnya ke dalam amplop dan meminta Ayah untuk mengirimkannya ke Amerika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H