Keesokan harinya, Emily memutuskan untuk mencari Maru ke seluruh penjuru lingkungan. Ia menempelkan poster berisi foto Maru di setiap sudut jalan. Ia juga meminta bantuan kepada tetangga-tetangganya untuk mencarikan Maru. Namun, semua usahanya masih belum membuahkan hasil.
 Hari demi hari berlalu, Emily semakin putus asa. Ia merasa hidupnya hampa tanpa kehadiran Maru. Ia sering melamun di jendela kamar, sambil menatap ke luar dan berharap Maru akan kembali.
 Saat sedang berjalan-jalan di sekitar taman, Aku mendengar suara meong yang familiar. Aku mengikuti suara itu dan betapa terkejut aku ketika melihat Maru sedang duduk di bawah pohon. Maru tampak kotor dan kurus, namun matanya masih bersinar penuh semangat ketika melihatku.
 Emily langsung berlari menghampiri Maru dan memeluknya erat-erat. Maru pun menyambutnya dengan penuh kasih sayang. Emily sangat bersyukur karena akhirnya bisa bertemu kembali dengan Maru. Ia membawa Maru pulang dan merawatnya dengan sangat baik.
 Sejak saat itu, Emily selalu menjaga Maru dengan lebih baik lagi. Ia tidak ingin kehilangan sahabat setianya itu lagi. Kejadian ini membuat Emily semakin menghargai kehadiran Maru dalam hidupnya. Ia belajar bahwa persahabatan itu sangat berharga dan harus dijaga sebaik mungkin.
 Sore itu selepas Ayah pulang berkerja memilihat aku bermain dengan maru di Ruang Tamu, selepas ayah membersihkan diri. Ayah menuju ke dapur menghampiri ibu yang sedang mempersiapkan makan malam. Setelah itu menemaniku yang sedang bermain di Ruang Tamu.
"Ayah, aku ingin beli ikatan untuk Maru bermain dengan ku di taman, boleh? Aku tidak ingin kehilangan Maru untuk kedua kalinya," pinta Emily sambil memeluk erat lengan ayahnya . Matanya berkaca-kaca, takut kehilangan sahabat kecilnya itu lagi. Ayah Emily tersenyum lembut sambil mengelus rambut pirang nya. Ia paham betul betapa berarti Maru bagi putrinya. "Iya, Emily, boleh. Nanti Ayah belikan, biar nanti saat Ayah libur kita bermain bersama di taman. Kita ajak Maru juga, ya?",Emily mengangguk semangat.
Akhir pekan tiba! "Akhir pekan yang sempurna!", seru Emily bersemangat. Akhirnya, ia bisa mengajak Maru bermain di taman indah dekat Osaka. Taman itu terkenal dengan Pohon Sakura dan palemnya yang rindang. Ayunan, perosotan, dan jungkat-jangkit berbentuk kuda yang mengelilingi taman semakin menambah keceriaan. Apalagi sekarang sedang musim gugur, dedaunan yang berguguran membuat taman terlihat semakin cantik. Emily mengeluarkan ikatan baru yang sudah dibelinya bersama Ayah . Ikatan berwarna oranye terang itu sangat cocok dengan bulu Maru.
"Maru, lihat! Ikatan barumu bagus sekali, kan?", seru Emily sambil memakaikan ikatan itu pada leher Maru. Maru tampak senang dengan ikatan barunya. Ia berlari-lari kecil mengelilingi taman, ekornya mengembang dengan gembira. Emily dan Maru bermain dengan sangat asyik. Mereka berlari mengejar kupu-kupu, bermain petak umpet di antara pepohonan, dan berguling-guling di atas rumput hijau. Tawa riang Emily terdengar nyaring di udara.
"Ayah, lihat Maru! Dia bisa menangkap bola!", seru Emily sambil melempar bola tenis ke arah Maru. Maru melompat tinggi untuk menangkap bola itu.
Ayah Emily tersenyum bangga melihat putrinya dan Maru bermain bersama. "Maru pintar sekali, ya? Kamu sudah melatihnya dengan baik, Emily." Dibalas dengan anggukan mungil Emily sambil menampilkan gigi kelincinya "iyah dong, ayah heheh"