Saat hendak melihat-lihat pemandangan sekitar, Gadis membeku takjub sebab tanpa disengaja ia melihat Jessica White, salah satu juri IMTA dari kejauhan.
"Nuturkeun atawa henteu ya? Geus, ikutin ajalah, siapa tau papanggih jeung Sara Dawson." Pikir Gadis, sambil ia berjalan sembunyi-sembunyi mengikuti Jessica.
Di tengah ia menguntit, tiba-tiba Gadis kehilangan jejak juri cantik IMTA itu.
Gadis mencoba tenang sambil memperhatikan sekitar, dan berpikir untuk mengambil cabang jalan yang mana.
Namun perasaannya tidak bisa berbohong, ia takut, cemas, dan sedih.
30 menit sudah Gadis diliputi kebingungan di tengah hutan, ia tidak bisa berpikir jernih. Ia hanya terus menangis bersender di bawah pohon besar.
Satu jam, Gadis masih menangis. Ia kedinginan dan merasakan energi yang primitif dan sakral. Hingga tiba-tiba, lewat di sisi barat, segerombolan orang berseragam dengan nuansa serba hijau lumut.
Mereka menjinjing tandu. Dengan samar-samar, Sekilas Gadis melihat Roy berada di atas tandu tersebut.
"Mbak, tangi tangi." Salah seorang warga membangunkan Gadis.
Gadis terperanjat.
"Akhire ketemu. Â Kok iso tekan Gunung Kawi, Mbak? Ini daerah sakral, ora bisa sembrono." Ungkap salah seorang warga yang lain.