Mohon tunggu...
Purwati Idamaningsih
Purwati Idamaningsih Mohon Tunggu... Guru - Penulis Indie

Purwati Idamaningsih atau yang lebih sering disapa bu Ida oleh para siswanya. Adalah seorang pengajar di MA Masyithoh Gamping dan Di MA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia,. Dunia literasi sudah digeluti sejak masa kuliah di Universitas Tidar Magelang sampai sekarang ini, Beberapa tulisannya berupa cerpen, opini, SST,serta Citicen Jurnalis pernah dimuat di berbagai media seperti Kedaulatan Rakyat, Bernas, Harian Yogya dan Tribun, dan Majalah Candra, majalah Dinas Pendidikan dan Pemuda DIY. Tulisannya juga ada yang sudah dibukukan dalam bentuk antologi salah satu tulisannya ada didalam buku yang berjudul Mozaik Pendidikan kumpulan tulisan penulis Sahabat Candra, Maaf Aku Bukan Super Mom, Buku Haru Biru dari Kementerian Agama serta membuat modul Bedah Soal UN dan Modul Pelajaran Bahasa Indonesia SMA, ditambah buku Antologi terbarunya yang tidak lama lagi terbit yang berjudul Di Balik Sosok Kartini Kementerian Agama DIY. Untuk mengenal lebih jauh dengan penulis bisa mengakses medsosnya melalui FB Purwatiidamaningsih, IG Pur_idaman, WA 081391428705.Email purida68@gmail,com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Sambalado

23 Juli 2020   22:26 Diperbarui: 23 Juli 2020   22:18 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Degg... detak jantungku serasa berhenti mendengar kata-kata Bang Ardan yang pelan tapi pasti.

Aku terdiam tanpa kata specles kata orang sono, gak bisa jawab apa.

"Ning... kok bengong/" bisik bang Ardan.

"Ehh iya Bang.." ujarku gugup, sampai-sampai es dawet digemgamanku sedikit tumpah.Melihat kegugupanku bang Ardan mengelus kepalaku supaya aku tenang.

"Nanti bilang sama Mama dan Ayah yaa kapan beliau siap menerima kedatangan Mamak" katanya mantap. Aku hanya bisa bilang "Iya Bang..iya Bang". Kelu lidahku saking bahagianya.

Ternyata begini rasanya dilamar dibawah pohon asem sambil minum es dawet, kejengkelanku terhadap mas Sony sirna sudah Balada Samballado menjadi cerita manis mengawali kehidupanku bersama bang Ardan. Seminggu kemudian aku dilamar dan menikah dengan sederhana ,karena covid kami hanya mengundang beberapa handai tolan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun