Tak sanggup aku melihat mata Mamak , segera aku pamit pulang diantar Bang Ardan . Disepanjang jalan aku berpikir keras, lalu aku minta bang Ardan menghentikan motor dan segera kuintrogasi dia ,
"Bang...Jujur ya..Jawab pertanyaanku kenapa mamak tadi bilang Sambalado Yogya ?" tanyaku penasaran.
"Itu tandanya rasa masakanmu manis gak pedas" katanya jujur.
"Yahh.. padahal aku bumbuinya sudah sesuai resep loh Bang... gak aku kasih gula" ujarku memelas.
Aihh...terjawab sudah sekarang siapa dalang penyebab rasa manis sambaladoku, sudah pasti ini ulah mas Soni, pasti dia yang naburi gula pasir diwajan sewaktu membantu aku masak tadi. Pantas perhatian kali dia., bodohnya pula sewaktu aku makan tadi gak ngerasain perbedaan rasanya.
"Huhhh awas yaa ! sepanjang jalan aku ngomel-ngomel karena jengkel dengan mas Soni.
"Sudah-sudah gak usah marah-marah sama mas Soni" tukas Bang Ardan lembut.
Sedikit terhibur aku mendengar kata bang Ardan.
"Tapi Bang, aku kan gak enak sama Mamak, apalagi aku tadi masaknya sepenuh hati akhirnya hasilnya tidak sesuai" keluhku kepada Bang Ardan.
Bang Ardan menghentikan sepeda motor di bawah pohon Asem  yang teduh, kebetulan ada penjual es dawet disitu, lalu kami putuskan untuk membeli es dawet tersebut. Sambil menikamti Es dawet, Bang Ardan berkata sambil menatapku penuh arti.
"Ning.., semalam Mamak bilang ke Abang, kalau Mamak mau melamarmu sebelum Mamak pulang ke Medan, Abang Uli juga setuju dan iklas  kalau aku melangkahinya dan aku menikahimu dulu".