Atau mengajaknya tersenyum
Dengan pertanyaan yang palsu
"apakah bayang-bayang
hanya ilusi
pada dinihari
ketika secangkir kopi genap mencatat
Lukamu di lambungku?"
Lukamu yang membuat diriku percaya bahwa yang silam dapat kukaji dengan ingatan mengenang, membolak-balik obituari angan.
SURABAYA, FEBRUARI 2019
•••
Agung Wicaksana
MENCARI
di kelas, guru agamaku berkata,
"tuhan adalah yang maha rendah hati dan maha welas asih."
ia lanjut meyakinkanku, "tuhan itu dekat. benar-benar dekat. tuhan ada di sekeliling kita."
aku bertanya,
"tapi dia ada di mana, bu?
aku tak pernah melihatnya selama ini.
apakah dia selalu bolos sekolah atau
rumahnya kelewat jauh
dari rumahku dan kita?"
guruku berbisik kepadaku,
"kelak, kau akan temukan tuhan.
suatu hari kau pasti bertemu dengannya."
pulang sekolah, aku cari alamat tuhan di google. tapi tak ditemukan pastinya.
aku cari nomor telepon tuhan di buku kuning. tapi tak tersedia hasilnya.
kucari di ruang tamu tak ada.
kucari di kamar makan tak ada.
begitupun di pos ronda dan di kamar mandi.
lalu aku ke kamar tidurku.
sisirku di atas alkitab
wajahku sejenuh cermin.