"Bunga Tirtawening, sebuah bunga berwarna putih bentuknya seperti terompet, dia bisa dihisap dan mengeluarkan air yang bisa diminum untuk menjadi obat segala penyakit. Entah itu penyakit jasmani ataupun rohani, banyak sekali manfaat bunga ini, namun sayang keberadaannya sudah sangat langka." Jelas si Bapak kepada Hilda.
"Ya. Saya sedang mencari bunga itu!" Jawab Hilda dengan sangat gembira.
"Di manakah bunga itu berada, Pak?" Tanya Hilda semakin penasaran.
"Kamu harus berjalan jauh hingga menemukan sebuah bukit yang hijau dan rindang penuh pohon-pohon pinus tumbuh di sana. Bukit itu terletak di ujung jalan yang tersembunyi. Hanya sebuah hati yang tulus dan suci yang dapat menemukan letak bukit itu. Berjuanglah, jika kamu ingin ke sana, dan bersihkan hatimu agar kamu bisa segera menemukannya." Lanjut si Bapak menjelaskan.
"Baiklah, Pak. Saya akan berusaha untuk itu, terima kasih banyak karena Bapak sudah memberitahu saya. Sebentar Bapak tunggu saya di sini, ya! Saya ingin memberi Bapak bekal makanan agak banyak untuk nanti di perjalanan." Ujar Hilda kepada si Bapak Tua.
Tanpa menunggu jawaban dari si Bapak, Hilda bergegas pergi ke kedai tadi untuk membelikan lagi beberapa makanan dan minuman. Hampir seperti berlari Hilda pun bergegas menemui si Bapak kembali, namun ketika Hilda sampai di tempat tadi si Bapak telah pergi entah kemana.
Hilda hanya melongo keheranan dan sedikit kecewa karena tidak bisa menemui si Bapak kembali.
"Entah siapa engkau sebenarnya, Pak. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu, semoga saja ada waktu untuk kita bisa bertemu lagi." Hilda bergumam sendiri.
Saat itu juga Hilda meneruskan langkahnya untuk mencari bukit yang dijelaskan si Bapak Tua tadi. Walaupun petunjuk yang diberikan hanya sedikit, Hilda tetap yakin akan menemukan bukit itu dan bunga yang sedang dicarinya.
Dalam perjalanan Hilda mengirim pesan lewat telpon selularnya kepada Mahesa agar tidak mengkhawatirkan dirinya. Hilda menjelaskan sedang mencari sesuatu dan ia baik-baik saja. Hilda berharap Mahesa akan mengerti.
Hari hampir sore ketika Hilda turun dari angkutan umum yang ditumpanginya. Ia yakin di tempat ini akan menemukan bukit dan bunga itu. Ia melanjutkan langkah kakinya, di sini udara cukup dingin dan itu sangat dirasakannya yang hanya menggunakan kemeja dan celana jeans tanpa jaket atau sweater.