Usia mereka memang sebaya hingga cinta bagi mereka dulu mungkin hanya sebuah persahabatan. Namun semua itu berlangsung hingga mereka bersekolah SMA. Karena jarak yang berjauhan cinta mereka hanya cukup berbalasan pesan saja. Ketika mereka lulus SMA, Nira yang langsung bekerja telah membuat renggang hubungan mereka.
Suatu hati, Nasrul mengunjunginya dan mengutarakan maksudnya yang akan pergi jauh. Nira kebingungan harus bagaimana dengan hubungan mereka, akhirnya Nira meminta sebuah keputusan kepada Nasrul untuk mengikatnya lebih dulu dalam ikatan pertunangan. Namun Nira harus kecewa karena Nasrul ternyata belum siap untuk itu.
"Apa boleh dikata, pergilah kau dengan bebas, Nas." Nira berbicara kepada Nasrul.
"Maksudmu apa, Nira?" Nasrul bertanya karena kurang mengerti dengan maksud Nira.
"Kau pergi saja, Nas. Aku takkan memberatkanmu dengan apa pun juga hubungan kita. Kau bebas dan aku pun sama, bila kelak kita berjodoh tentu akan ada pertemuan lagi diantara kita berdua." Nira menjelaskannya kepada Nasrul.
"Oh... Aku mengerti maksudmu. Tapi aku berjanji jika suatu hari nanti akan menemuimu kembali setelah aku berhasil." Begitu Nasrul menjawabnya.
"Janganlah kau berjanji. Aku takut kau tak bisa menepatinya, Nas." Nira nampak tidak yakin dengan perkataan Nasrul.
Sejak saat itu, mereka pun terpisahkan jarak dan waktu. Hari berganti bulan hingga bertahun-tahun kabar berita tentang Nasrul seakan lenyap dari muka bumi. Nira pun sampai lupa dan benar-benar lupa pada sosok Nasrul yang bagi mereka cinta itu suci karena tak pernah ternodai oleh gairah yang memaksa. Bagi mereka cinta suci hanya akan bertemu di pelaminan. Namun sayang kapal harapan mereka harus karam di tengah lautan kehidupan yang terpisahkan.
Tanpa terasa Nira menitikkan airmata dalam termenung. Hatinya merasa sakit mengapa dulu Nasrul menghilang tanpa kabar berita, hingga ia lupa dengan cintanya. Nira sangat menyesal cintanya saat ini telah terbagi untuk seseorang yang berada dalam hatinya walau itu sebuah angan yang sudah ia benamkan. Kini harus bagaimana Nira menjawab pertanyaan Nasrul yang mengajaknya menikah.
Apakah harus semudah membalikkan telapak tangan Nira menjawab itu, ataukah ia harus mengulur waktu seperti dulu Nasrul yang bersikap begitu padanya.
"Ya, Tuhan. Berilah aku petunjuk-Mu untuk menjawab semuanya." Bisik hati Nira.