Mohon tunggu...
Puji Khristiana
Puji Khristiana Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga 2 anak yang hobi menulis

Bekerja sebagai penulis konten dan blogger

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Pesugihan Digital

8 Februari 2022   15:34 Diperbarui: 8 Februari 2022   15:50 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menelan ludah. Nomor 20? Berarti masih harus menunggu 55 pasien lagi? Ternyata banyak juga orang yang ingin kaya tapi malas kerja keras.

Tak ada pilihan lain. Aku dan David memilih duduk di bangku paling pojok. Mengamati ruangan yang lebih mirip disebut sebagai ruang praktik dokter di klinik faskes 1 BPJS. Daripada ruang praktik dukun pesugihan yang katanya sukses mengantarkan banyak orang menjadi kaya dengan cara alami dan bertahap.

Apes adalah alasan kenapa aku sampai ke tempat ini. Bisnis bangkrut, ditipu teman, dikejar-kejar debt collector, hingga istri kabur karena aku ketahuan memiliki tiga istri simpanan. Parahnya lagi, ketiganya juga sepakat kabur saat aku tidak mampu lagi memberi uang jatah berlebih pada mereka.

Beruntung masih ada David. Teman terbaik semenjak bangku kuliah yang menolong memberi tumpangan saat rumahku disita bank. Dan David pula yang menyarankan agar aku meminta bantuan pada Mbah Rawa Gumpala.

Seorang paranormal di lereng Gunung Kemukus. Yang konon katanya mampu membantu mengatasi masalah keuangan dengan bantuan makhluk tak kasat mata. Sejenis setan, jin, tuyul, ataupun spesies lainnya.

Awalnya aku menolak usul gila David. Aku memang bukan orang yang agamis. Tapi meminta bantuan setan untuk mendatangkan banyak kekayaan hanya akan melukai kredibilitas alumni kelas bisnis sepertiku.

Berbagai teori dari motivator hebat mulai dari Andre Wongso, Bong Chandra, Hermawan Kartajaya hingga Mario Teguh akan luntur begitu saja. Kalah dengan dukun pesugihan yang hanya meminta uba rambe lengkap dengan mahar uang yang nilainya separuh harga dari tiket kelas motivasi yang pernah kuikuti.

Terdengar dua orang laki-laki dan perempuan keluar dari ruangan praktik Mbah Rawa Gumpala. Dilihat dari gayanya, sepertinya mereka suami istri. Terdengar notifikasi dari arah resepsionis. Meminta nomor antrian selanjutnya masuk ruangan.

Aku merapatkan jaket. Lereng Gunung Kemukus sudah cukup dingin. Tapi kenapa di ruangan ini masih pakai pendingin ruangan?

Awalnya aku mengira akan datang di sebuah goa angker. Atau kuburan keramat yang memiliki pohon besar. Lengkap dengan uba rambe perdukunan yang sering kulihat di sinetron-sinetron televisi. Seperti kembang tujuh rupa, dupa yang selalu mengepul, dan aroma mistis yang bikin merinding.

Tapi ini berbeda. Mbah Rawa Gumpala mungkin lebih menyukai tempat praktik yang modern dan artistik. Bukan lagi di tempat-tempat angker tempat setan dan jin berkumpul melakukan sidang paripurna. Tapi di sebuah ruko mewah dengan desain interior berkarakter budaya Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun