"Dasar, menantu pemalas!" umpat Mak Dami, hanya karena Tejo tidak langsung datang saat dipanggil ketika ibu mertuanya itu sedang berada di kandang sapi.Â
Pada saat hendak menghampiri mertuanya, Tejo melihat Surti--istrinya--kesulitan membawa kayu bakar sambil menggendong anaknya. Tejo mengambil alih kayu bakar yang dibawa Surti, kemudian meletakkannya dekat tungku. Baru kemudian Tejo menemui Ibu mertuanya.
"Lama amat, sih! Dari tadi dipanggil baru nongol!" sentaknya, ketika Tejo sudah berada di dekatnya.
"Maaf, Bu. Tadi aku bantu Surti ngangkat kayu bakar. Ada apa, Bu?" Lelaki itu berusaha bersikap biasa pada ibu mertuanya.
"Nanti ada blantik sapi ke sini, mau lihat-lihat sapi jantan, kalau harganya cocok bisa langsung dijual. Nah kamu bersihkan tuh sapi, mandiin dan kasih makan yang banyak!" titahnya pada sang menantu.
"Iya, Bu," balas Tejo tanpa membatah.
"Ya, sudah. Oh iya hari ini kamu gak usah ke sawah, tunggu blantiknya saja!" Wanita itu berucap tegas sebelum berlalu meninggalkan menantunya yang masih berdiri di tempatnya.
Sepeninggalan Bu Dami, Tejo langsung melaksanakan perintah mertuanya itu. Mengeluarkan sapi jantan, kemudian satu per satu sapi-sapi itu dibersihkan.
Ada lima ekor sapi jantan dan tiga ekor sapi betina. Semua Tejo yang merawat dari mencari rumput, memberi makan dan minum juga membersikan kandang.
***
"Sarapan dulu, Mas," ajak Surti setelah dia menemui suaminya yang sedang memandikan sapi.