Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - MedPsych Student at VUW New Zealand | LPDP Scholarship Awardee

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"The Shadow Self", Mengenal Sisi Gelap dalam Diri

10 Desember 2020   17:56 Diperbarui: 11 Desember 2020   20:52 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Octoberry on Pinterest

"Your Shadow is all of the things, 'positive' and 'negative', that you've denied about yourself and hidden beneath the surface of the mask you forgot that you're wearing"

-Oli Andersson

Pernah gak sih kamu ngerasa palsu? Diluar mungkin kamu memiliki kepribadian yang disukai banyak orang dan positif, tapi sebelaiknya kamu memiliki banyak rahasia, rasa sakit hati, kegalauan, dan sejuta sisi gelap lainnya. 

Tenang saja, sebenarnya banyak sekali orang yang mungkin juga pernah merasa seperti itu. tapi, kalau kamu merasa diri kamu memiliki kepribadian yang berbeda disaat sendirian dan disaat dengan teman-teman, mungkin kamu bakal nanya. 

"Diri aku yang sebenarnya itu siapa sih?" "Aku yang sebenarnya itu yang mana sih?" 

Aku juga terkadang sering bertanya-tanya mengenai hal ini hingga akhirnya sedikit demi sedikit aku mendapatkan jawabannya dari membaca beberapa buku, berdiskusi dengan orang-orang yang memang belajar mengenai psikologi. 

Hingga pada akhirnya, aku memberanikan diri untuk menuliskannya dengan harapan berbagi dari sedikit yang aku ketahui tadi. So, kamu bisa membaca tulisan ini hingga selesai agar mendapatkan insight dari apa yang aku bagikan.

Sebenarnya, kenapa sih kita bisa punya dua sisi? Sederhananya seperti ini, karena pada dasarnya kita memiliki pola tingkah laku yang tidak bisa ditoleransi oleh orang lain. 

Aslinya, kita semua sama kok, kita memiliki pikiran negatif, keraguan dalam hati, dan sejuta sisi gelap lainnya. Tapi, pola yang seperti ini seringkali terpendam secara privat. Karena, kita perlu aja untuk mengobrol dengan manusia lainnya.

 Plato pernah memberikan gambaran bahwa manusia itu hanya memakai topeng untuk berjejaring sosial lewat sebuah kisah. 

Jadi ceritanya begini, ada seorang penggembala namanya Gayges, dia melayani seorang raja dan suatu saat  dia itu menemukan sebuah cincin emas ketika ia lagi menggembala. 

Sebulan kemudian, saat ia menghadap raja, ia tiba-tiba sadar kalau setiap kali dia putar cincin di jarinya itu, dia menghilang. Orang-orang di sekitarnya enggak bisa melihat keberadaannya. 

Ini semacam cincin yang ada di film "The Lord of The Ring" gitu loh. Nah, Gayges menemukan kekuatan ini untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak benar seperti menghasut ratu untuk membunuh raja dan lain-lain.

Kata Plato, kalau cincin ini ada dua dan satu kita kasih ke orang yang baik dan satu lagi kita kasih ke orang yang gak baik, maka keduanya sama-sama akan melakukan hal yang tidak baik. 

Ketika kita bisa melakukan sesuatu hal semau kita tanpa konsekuensi sosial, kita akan melakukan hal itu walaupun itu gak pantas gitu. Dan, basically ini adalah dasar dari berbagai kisah fiksi.

Mungkin, kamu pernah melihat cincin yang di film The Lord of The Ring, Jubahnya Harry Potter, atau topi batunya Nobita yang dikasih oleh Doraemon. Semua akan melakukan hal yang sama ketika tidak ada konsekuensi sosial yang didapatkan ketika melakukan kejahatan. 

Buktinya, menurut Plato, menjadi benar atau menjadi baik bukanlah keinginan yang mendasar melainkan hanya sesuatu yang harus kamu lakukan karena kamu gak bisa seenaknya aja gitu berbuat hal-hal yang tidak baik di dunia ini. 

Jadi ya, tidak ada orang yang 'benar' dan 'keburukan' yang ada di dalam diri adalah alami. Hal ini adalah sesuatu yang sangat manusiawi, namun bukan berarti manusia terlahir menjadi makhluk yang buruk secara alami.

Bapak Psikologi Carl Jung pernah berkata bahwa kepribadian kita pasti punya unsur berpasang-pasangan. Nah, kalau menurutnya, sisi-sisi yang buruk dan tidak benar dari diri sendiri adalah elemen dari The Shadow Self. 

Shadow Self atau diri bayangan ini adalah konsep yang mendeskripsikan aspek dari diri yang tidak ingin kamu akui dan akhirnya dipendam.

Siapapun kita, kita semua memiliki bagian dari diri yang kita gak suka atau mungkin yang tidak disukai oleh orang lain juga. Menurutnya, kumpulan dari bagian yang dipendam atau tidak diakui akan berubah menjadi shadow self alias diri bayangan. Tapi menurut dia, yang menjadi masalah adalah kamu yang tanpa sadar mengakui sisi buruk itu. 

Menurut teorinya, kamu secara sadar akan menjaga jarak antara diri kamu secara psikologis dari perilaku, emosi, dan pikiran yang menurutmu buruk. 

Jadi, bukannya kamu menghadapi sisi atau hal yang menurut kamu buruk itu, tetapi kamu malah terbawa atau mikir kalau "ah, sebenarnya gak ada kok posisi buruk itu,"

Aspek-aspek shadow ini bisa berupa keinginan-keinginan agresif, mental image yang tabu, pengalaman memalukan, keinginan yang tidak bermoral, ketakutan, keinginan yang irrasional, bahkan juga keinginan seksual. Intinya, apa yang kamu punya sering tidak kamu akui karena kamu tidak ingin ada orang tahu bahwa kamu memiliki sisi itu dalam diri kamu. 

Sekarang, kamu sudah kebayang kan? Kalau sebenarnya sisi gelap itu memang biasa ada di dalam diri manusia. Dan percaya deh gak cuma kamu, semua orang memiliki sisi gelap ini hanya memang berbeda-beda. Beda skalanya, beda tingkat ketakutannya, hingga beda tingkat kegelapannya, namun semua orang punya. 

Nah, tapi ada satu hal yang penting. Kalau kamu ingin terus berkembang, ada baiknya kamu melihat aspek-aspek ini sebagai sesuatu hal yang alami dan dialami oleh semua orang.

Di lain sisi, sadari kalau kamu punya kapabilitas untuk mengatasi hal ini dengan mengakui keberadaan mereka. Walaupun memang sulit, agar kamu bisa lebih leluasa mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.

Analoginya seperti ini, barangkali selama ini aku menyensor sebagian dari diri kamu, kamu berusaha agar bagian diri kamu yang itu tidak kelihatan oleh orang lain. 

Itu kaya kamu kemana-mana selalu membawa tameng baja, kamu membawa tameng baja itu untuk menutupinya. Dan kamu berpikir dengan tameng baja itu bisa melindungi diri kamu atau justru si tameng baja itu memberatkan kamu untuk bisa terbang. Kenapa? Ya karena berat aja gitu.  Ketika kamu bisa menerima dan mengakui sisi-sisi gelap yang ada di dalam diri kamu, maka kamu bisa melepas tameng yang selama ini menutupi diri kamu dan alhasil kamu bisa mengerahkan energi kamu untuk hal-hal yang kamu inginkan.

Misalnya tadi, buat terbang, lari atau sesuatu hal yang susah kamu lakukan kalau kamu terlalu fokus untuk membawa tameng baja itu kemana-mana.

Tapi memang, mungkin dengan adanya sisi gelap dalam diri itu, seringkali menimbulkan kecemasan dalam diri kamu. Walaupun kamu tahu kalau lebih baik untuk mengakui dan bersabar dari sisi gelap ini, mungkin tetap aja gak pengen sisi gelap ini bocor ke orang lain. 

Sekarang, aku memiliki sebuah saran yang bisa kamu lakukan agar kamu perlahan bisa mulai berdamai dengan adanya sisi gelap itu dan membiarkannya ada hanya tidak lagi menjadi pengalihan atas fokusmu. 

Caranya adalah, coba dengan ngobrol dengannya. Mencoba berdamai bahwa sisi gelap  itu tidak segelap apa yang dibayangkan. Ketika kita terlalu ketakutan kepada dia, kita denial akan adanya ia, kita jadi beneran jaga jarak dan merasa asing dengan sisi gelap kita masing-masing. Dan apa yang akan terjadi ketika kita merasa asing akan suatu hal? 

Secara alami, manusia selalu merasa takut dan tidak nyaman terhadap sesuatu yang asing dan cenderung merasa aman dan nyaman ketika berhadapan dengan sesuatu yang familiar. 

Makanya, kalau kamu justru mencoba mengunci sisi gelap kamu di sebuah sudut di otak kamu dan berusaha untuk tidak mendekatinya, kamu justru mengasingkan dia. Dan semakin dia terasa asing untuk kamu, kamu akan semakin takut dengannya. Coba deh, beraniin diri kamu untuk menemuinya.

Coba dengar apa yang sebenarnya ia ingin lakukan, karena sebenarnya bahwa hal-hal yang menjadi sisi gelap kamu itu berawal dari ketakutan, kemarahan, dan kesedihan yang selama ini kamu timbun aja. 

Ketika kamu membayangkan hal-hal jahat yang akan terjadi ketika sisi gelap kamu lepas kontrol, biasanya dasarnya adalah emosi-emosi negatif kamu sendiri yang kamu tumpuk bersama dengan sisi gelap kamu ini. Dan selama kamu tidak memproses itu semua, maka sisi gelap kamu semakin lama akan semakin menakutkan dan kamu akan semakin mengasihkan dia. 

Lantas, apa yang akan terjadi ketika kamu mengasihkan dia? Kamu akan makin takut dengannya. Apa yang akan terjadi ketika kamu semakin takut dengannya? Kamu akan sering banget overthinking dan tidak menggunakan akal sehatmu setiap memilih keputusan-keputusan penting.

Pertanyaannya, mau sampai kapan? Tidak perlu kamu jawab. Tapi, coba deh untuk mulai berdialog dengan sisi gelap tadi, dan mari berbenah diri. 

Kesehatan mental bukan hanya untuk diri kamu sendiri, tapi akan memberikan dampak ke orang-orang di sekitarmu terlebih pada orang-orang yang kamu cintai. Semoga tulisan ini bermanfaat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun