Saat kita mengalami peristiwa hidup, sering kali ada penilaian otomatis yang muncul, dan jika kita bersikap irasional maka penilaian otomatis ini memicu emosi negatif.Â
Sebenarnya, aliran filsafat ini mengingatkan kita untuk selalu siap bahwa kita pun akan mendapat perlakuan buruk suatu saat dalam hidup kita. Dan saat itu terjadi, apakah kita bisa sangat tenang dalam menyikapinya? Atau, kita akan marah-marah?Â
Nah, di bawah ini akan sedikit dijelaskan bagaimana cara agar kita bisa jauh lebih tenang dan berpikir positif saat berhadapan dengan body shaming.
Bagaimana praktiknya dalam kehidupan sehari-hari?
1. Dikotomi kendali
Dikotomi kendali merupakan prinsip fundamental dari aliran filsafat Stoisisme. Dikotomi kendali adalah sebuah cara pandang bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini terdiri dari dua hal, yakni hal-hal yang bisa kita kendalikan dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.Â
Contoh hal-hal yang ada di bawah kendali kita seperti, opini kita, persepsi kita, keinginan kita, tujuan kita, dan segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri.Â
Sedangkan contoh dari hal-hal yang tidak di bawah kendali kita seperti, tindakan orang lain, opini orang lain, popularitas, harta, jabatan, kesehatan kita, cuaca, bencana alam, jenis kelamin, dll.Â
Untuk merespons body shaming, kita bisa kembali ke dikotomi kendali dan melihat bahwa opini dan tindakan orang lain berada di luar kendali kita.Â
Kita tidak bisa mengendalikan perilaku orang lain, tetapi kita bisa mengendalikan pikiran kita apakah kita akan terganggu olehnya atau tidak, apakah kita akan marah-marah, sedangkan kita tahu bahwa itu semua termasuk hal-hal di luar kendali kita, termasuk keputusan bahwa dia akan tetap melakukan body shaming terhadap teman-temannya atau tidak meskipun sudah diperingatkan berkali-kali. Bukankah terlalu membuang-buang energi kalau kita harus sampai marah-marah?Â